PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA
PENDAHULUAN
A.
Pengertian
Remaja
Istilah adolescence (remaja) berasal dari kata latin “adolescere”
yang berarti “tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence seperti
yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan
mental, emosional, social dan fisik. Pandangan ini di ungkapkan oleh piaget :
secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama.
Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkanya
untuk mencapai integrasi dalam dalam hubungan sosial orang dewasa, yang
kenyataanya merupakan cirri khas yang umum dari periode perkembangan.
B.
Perkembangan
Psikososial Remaja
Saat
seseorang mencapai masa remaja, maka orang tersebut berada dalam masa pencarian
identitas diri (Erikson, dalam Papalia, 2008). Yang dimaksud dengan pencarian
identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang
penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001). Pencarian
identitas diri menurut Erikson (Papalia, 2008) sebagai konsepsi tentang diri,
penentuan tujuan, nilai, dan keyakinan yang dipegang teguh oleh seseorang.
Usaha remaja untuk memahami diri merupakan proses vital dan sehat yang
didasarkan kepada pencapaian tahap sebelumnya.
Adapun
tahap-tahap perkembangan psikososial ( Erikson, Mar’at, 2006) yang terjadi pada
manusia adalah sebagai berikut:
- Kepercayaan vs ketidakpercayaan (trust vs mistrust); terjadi saat usia lahir – 1 tahun.
- Otonomi vs Rasa malu dan ragu-ragu (Autonomy vs Shame and Doubt); terjadi saat usia 1 – 3 tahun.
- Inisiatif vs rasa bersalah (Initiative vs guilt); terjadi saat usia 4-5 tahun.
- Ketekunan vs rasa rendah diri (industry vs inferiority); terjadi saat usia 6 – 11 tahun.
- Identitas vs kebingungan peran (ego identity vs role diffusion); terjadi saat usia 12 – 20 tahun.
- Keintiman vs isolasi (intimacy vs isolation); terjadi saat usia 20 – 24 tahun.
- Generativitas vs stagnasi (generativity vs stagnation); terjadi pada usia 25 – 65 tahun.
- Integritas ego vs keputus asaan (ego integrity vs despair); terjadi saat usia 65 – meninggal.
Masing-masing
tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas, yang mengharuskan individu
menghadapi suatu krisis. Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan
semakin sehat perkembangannya (Santrock, 2001). Lebih lanjut, Erikson lebih
menekankan pada tahap perkembangan psikososial yang terjadi pada masa remaja
yaitu identity vs role diffusion, hal ini karena pada tahap tersebut merupakan
peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Peristiwa yang terjadi pada tahap
ini sangat menentukan perkembangan masa dewasa.
C.
Ciri-Ciri
Masa Remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentan
kehidupan, masa remaja mempunyai cirri-ciri tertentu yang membedakannya dengan
periode sebelum dan sesudahnya. Cirri-ciri tersebut diantaranya adalah :
1.Masa remaja sebagai masa yang penting
Meskipun semua periode dalam rentan kehidupan adalah penting, namun
kadar kepentinganya berbeda-beda. Pada periode remaja baik akibat langsung
maupun akibat jangka panjang tetap penting baik dari segi fisik maupun
psikologis.
2.Masa remaja sebagai masa peralihan
Peralihan bukan berarti terputus atau berubah dari apa yang sudah
terjadi sebelumnya. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah
jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini,
remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa.
3.Masa remaja sebagai masa perubaahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan prilaku selama masa remaja
sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Jika perubaha fisik menurun maka
perubahan sikap dan prilaku juga akan menurun. Ada empat perubahan yang
bersifat universal, diantaranya adalah :
1.
Meningginya
emosi
2.
Perubahan
tubuh
3.
Dengan
berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah
4.
Sebagian
besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan
4.Masa remaja sebagai masa bermasalah
Setiap periode mempunyai mempunyai masalah, namun masalah pada
periode remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik bagi anak
laki-laki maupun perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu:
1.
Sepanjang
masa kanak-kanak sebagian besar masalah mereka diselesaikan oleh orang tua atau
guru, sehingga mereka para remaja kurang bias memanajemen masalah mereka.
2.
Karena
para remaja merasa mandiri, bias mengatasi masalah dengan sendiri sehingga
mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan dari orang tua
maupun guru.
5.Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awal remaja, penyesuaian diri dengan kelompok
masih tetap penting bagi perkembanganya. Tetapi krisis identitas dalam
kebudayaan amerika saat ini menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan “krisis
identitas” atau masalah identitas ego pada remaja. Identitas diri yang dicari
remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perananya dalam
masyarakat.
D. Minat-minat Remaja
Minat merupakan suatu keinginan dan kebutuhan yang ingin dan harus
diperoleh, dalam perkembanganya remaja memiliki dua minat pokok yaitu:
1.
Minat
sosial
Minat yang bersifat sosial bergantung pada kesempatan yang
diperoleh remaja untuk mengembangkan minat tersebut dan pada kepopulerannya
dalam kelompok. Minat sosial yang umum pada remaja meliputi : pesta, minum-minuman
keras, obat-obatan terlarang, percakapan, menolong orang lain, kritik dan
pembaharuan.
2.
Minat
pribadi
Minat pada diri sendiri merupakan minat yang terkuat dikalangan
remaja. Sebabnya adalah mereka sadar bahwa dukungan sosial sangat besar
dipengaruhi oleh penampilan diri untuk menarik perhatian kelompok sosial.
Diantara minat pribadi yaitu : minat pada penampilan diri, minat pada pakaian,
minat pada prestasi, minat pada pendidikan, dan minat pada pekerjaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Identitas Dan Individuasi
Menurut
Josselson (Mar’at, 2006) proses pencarian identitas, - yaitu proses di mana
seseorang mengembangkan suatu identitas personal atau sense of self yang unik,
yang berbeda dan terpisah dari orang lain- ini disebut dengan individuasi
(individuation). Proses ini terdiri dari empat tahap yang berbeda tetapi saling
melengkapi. Empat tahap tersebut adalah:
1.
Diferensiasi; terjadi pada usia 12 – 14 tahun;
pada tahap ini remaja menyadari bahwa ia berbeda secara psikologis dari orang
tuanya. Kesadaran ini membuatnya mempertanyakan dan menolak nilai-nilai dan
nasehat orang tuanya, sekalipun hal tersebut masuk akan.
- Praktis; terjadi pada usia 14 – 15 tauhn; pada tahap ini remaja percaya bahwa ia mengetahui segalanya dan dapat melakukan sesuatu tanpa salah. Remaja menyangkal kebutuhan akan peringatan atau nasehat dan menantang orang tuanya pada setiap kesempatan. Komitmen terhadap teman sebaya juga bertambah.
- Penyesuaian dan eksperimentasi; terjadi pada usia 15 -18 tahun; pada tahap ini, remaja mulai dapat menerima kembali sebagian otoritas orang tuanya dengan syarat. Tingkah lakunya sering silih berganti antara eksperimentasi dan penyesuaian, kadang menentang dan kadang berdamai. Di satu sisi remaja dapat menerima tanggung jawab di sekitar rumah, namun di sisi lain remaja akan kesal saat orang tuanya selalu mengontrol dan membatasinya.
- Konsolidasi; pada usia 18 – 21 tahun; pada tahap ini remaja mengembangkan kesadaran akan identitas personal, yang menjadi dasar bagi pemahaman dirinya dan orang lain, serta untuk mempertahankan perasaan otonomi, independen dan individualitas.
Status
identitas menurut Marcia (Papalia, 2008) adalah perkembangan ego yang
tergantung pada kehadiran atau ketidakhadiran krisis dan komitmen. Krisis
menunjuk masa dimana remaja berusaha memilih beberapa alternalif pilihan, yang
pada akhirnya bisa menetapkan satu alternative tertentu dan memberikan
perhatian besar terhadap keyakinan dan nilai-nilai yang diperlukan dalam
pemilihan alternative tersebut. Sedangkan komitmen menunjuk pada usaha membuat
keputusan mngenai sesuatu dan menentukan berbagai startegi untuk
merealisasikannya (Mar’at, 2006). Proses pembentukan identitas diri melibatkan dua aspek, yaitu
eksplorasi dan komitmen. Berdasarkan ada atau tidaknya proses eksplorasi dan
komiten pada individu, Marcia mengolongkan identitas diri ke dalam 4 (empat)
status identitas yaitu identity diffusion, identity foreclosure, moratorium,
dan identity achievement.
Identity
Achievement adalah pencapaian status
identitas yang ditandai dengan komitmen untuk memilih menjadikannya sebuah krisis, sebuah periode
yang dihabiskan untuk mencari alternative. Foreclosure merupakan status
identitas dimana seseorang tidak menghabiskan banyak waktu untuk mempertimbangkan
berbagai alternative (dank arena itu tidak pernah berada dalam krisis) dan
melaksanakan rencana yang disiapkan orang lain untuk dirinya.
Moratorium merupakan
status identitas dimana seseorang mempertimbangkan berbagai alternative (dalam
krisis) dan tampaknya mengarah pada komitmen. Identity diffusion merupakan
status identitas yang ditandai oleh ketiadaan komitmen dan kurangnya
pertimbangan serius terhadap berbagai alternative yang ada. Terdapat 5 kasus
dari psikososial yaitu:
- Identity
yaitu mengemukakan dan mengerti dari sebagai individu.
Pada masa remaja terjadi perubahan yang sangat penting pada identitas diri (Harter, 1990). Pada masa remaja sangsi akan identitas dirinya dan tidak hanya sangsi akan personal sense dirinya tapi juga untuk pengakuan dari orang lain dan dari lingkungan bahwa dirinya merupakan indiviodu yang unik dan khusus.
2.
Autonomy
yaitu menetapkan rasa yang nyaman dalam ketidaktergantungan.
Remaja berusaha membentuk dirinya menjadi tidak tergantung tetapi berusaha untuk menemukan dirinya dengan kaca mata dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini merupakan suatu proses yang sulit, tidak hanya bagi remaja tetapi juga bagi orang lain di sekitarnya.Terdapat tiga perkembangan penting dari autonomy, yaitu:
Remaja berusaha membentuk dirinya menjadi tidak tergantung tetapi berusaha untuk menemukan dirinya dengan kaca mata dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini merupakan suatu proses yang sulit, tidak hanya bagi remaja tetapi juga bagi orang lain di sekitarnya.Terdapat tiga perkembangan penting dari autonomy, yaitu:
- mengurangi ikatan
emosional dengan orang tua.
- mampu untuk mengambil
keputusan secara mandiri.
-
Membentuk “tanda personalnya” dari nilai dan moral (Donvan and Andelson, 1966;
Seinberg, 1990).
3.
Intimacy yaitu membentuk relasi yang tertutup dan dekat dengan orang lain.
Selama masa remaja perubahan penting lainnya adalah kemampuan individu untuk menjalin kedekatan dengan orang lain, khususnya dengan sebaya.
Pertemuan muncul pertama kali pada masa remaja melibatkan keterbukaan, kejujuran, loyaliyas dan saling percaya, juda berbagi kegiatan dan minat (Sarin Williams and Bernet, 1990). “dating”, menjadi penting dan sebagai konsekuensinya kemampuan untuk menjalin hubungan melalui kepercayaan dan cinta.
Selama masa remaja perubahan penting lainnya adalah kemampuan individu untuk menjalin kedekatan dengan orang lain, khususnya dengan sebaya.
Pertemuan muncul pertama kali pada masa remaja melibatkan keterbukaan, kejujuran, loyaliyas dan saling percaya, juda berbagi kegiatan dan minat (Sarin Williams and Bernet, 1990). “dating”, menjadi penting dan sebagai konsekuensinya kemampuan untuk menjalin hubungan melalui kepercayaan dan cinta.
4.
Sexuality yaitu mengekspresikan perasaan-perasaan dan merasa senang jika ada
kontak fisik dengan orang lain. Kegiatan seksual secara umum dimulai pada masa remaja, kebutuhan untuk memecahkan masalah nilai-nilai sosial
dan moral terjadi pada masa ini (Kart Chadorin, 1990).Achivement
yaitu mendapatkan keberhasila dan memiliki kemampuan sebagai
anggota masyarakat.
5.
Pengembalian keputusan yang penting terjadi pada masa remaja dan membawa
konsueksi yang panjang tentang sekolah dan karir (Henderson and Dweck, 1990).
Umumnya pengembalian keputusan bergantung pada evaluasi diri remaja mengenai kecakapan dan kemampuan dari aspirasi dan harapannya dimasa mendatang, dan dari masukan-masukan yang diterima oleh remaja dari tugas guru dan teman.
Umumnya pengembalian keputusan bergantung pada evaluasi diri remaja mengenai kecakapan dan kemampuan dari aspirasi dan harapannya dimasa mendatang, dan dari masukan-masukan yang diterima oleh remaja dari tugas guru dan teman.
Ada tiga hal yang mendukung
pembentukan Status Identitas Diri Remaja, yaitu:
- Keyakinan dan Kematapan bahwa ia mendapat dukungan Orangtua
- Mengembangan rasa untuk ingin bekerja dan mandiri
- Mampu mencapai perspektif & pandangan refleksi diri terhadap masa depannya
B.
Perkembangan
Dengan Orang Tua
Bila hubungan
remaja muda dengan anggota-anggota keluarga tidak harmonis selama masa remaja,
biasanya kesalahan terletak pada kedua belah pihak. Sering kali orang tua tidak
memperbaiki konsep mereka tentang kemampuan anak mereka setelah anak-anak
menjadi lebih besar. Akibatnya, mereka memperlakukan anak remaja mereka seperti
ketika anak-anak itu masih kecil. Sekalipun demikian mereka mengharapkan anak
“bertindak sesuai dengan usia,” terlebih bila berhubungan dengan masalah
tanggung jawab.
Masalah yang
penting lagi adalah apa yang disebut “kesenjangan generasi” antara remaja
dengan orang tua mereka. Kesenjangan ini sebagian disebabkan karena adanya
perubahan radikal dalam nilai dan standar perilaku yang biasanya terjadi dalam
perubahan budaya yang pesat, dan sebagian disebabkan karena kenyataan bahwa
kawula muda sekarang memiliki banyak
kesempatan untuk pendidikan, sosial dan budaya yang lebih besar daripada masa
remaja orang tua mereka. Jadi sesungguhnya ini merupakan “kesenjangan budaya,”
sepenuhnya bukan karena perbedaan dalam usia kronologis.
Kesenjangan generasi
yang paling menonjol terjadi di bidang
norma-norma sosial. Seperti telah ditunjukkan sebelumnya, perilaku seksusal
yang sekarang dilakukan oleh para remaja adalah perilaku yang sangat terlarang
oleh orang tua pada usia yang sama.
Orang tua tidak
dapat sepenuhnya dipersalahkan sehubungan dengan pertentangan yang berkembang
antara mereka dan anak remaja mereka. Kecuali nak-anak praremaja, remaja muda
adalah anak yang paling tidak bertanggung jawab, paling sulit dihadapi, paling
tidak dapat diramal dan paling menjengkelkan. Ketidakmampuan dan ketidakmauan
untuk berkomunikasi dengan orang tuasemakin memper besar kesenjangan mereka.
Orang tua sulit
menerima keengganan remaja untuk mengikuti larangan-larangan yang dipandang
penting, dan mereka tidak sabar menghadapi kegagalan remaja memikul tanggung
jawab yang sesuai dengan usia remaja. Sumber-sumber kejengkelan ini biasanya
mencapai puncaknya anatara usia empat belas dan lima belas tahun, setelah itu
hubungan orang tua-anak mulai membaik. Sama pentingnya, banyak remaja merasa
bahwa orang tua tidak “mengerti mereka” dan bahwa standart perilaku orang tua
dianggap kuno. Hal ini lebih disebabkan karena kesenjangan budaya, seperti
sudah dijelaskan, dan bukan karena perbedaan dalam usia.
sebab-sebab umum pertentangan keluarga
selama masa remaja
·
Standart
perilaku
Remaja sering menganggap standart perilaku orang tua yang kuno dan
yang modern berbeda dan standart perilaku orang tua yang kuno harus
menyesuaikan diri dengan yang modern.
·
Metode
disiplin
Kalau metode disiplin yang digunakan orang tua dianggap “tidak
adil” atau “kekanak-kanakan,” maka remaja akan memberontak. Pemberontakan yang
terbesar terjadi dalam keluarga dimana salah satu orang tua lebih berkuasa
daripada yang lainnya, terutama bila ibu yang mempunyai kekuasaan terbesar.
·
Hubungan
dengan saudara kandung
Remaja mungkin menghina adik-adiknya dan membenci kakak-kakaknya
sehingga menimbulkan pertentangan dengan mereka dan juga dengan orang tua yang
dianggap bersikap “pilih kasih”
·
Merasa
menjadi korban
Remaja merasa selalu benci kalau status sosioekonomi keluarga tida
memungkinkannya mempunyai simbol-simbol status yang sama dengan yang dimiliki
teman-teman, seperti pakaian, mobil, dan sebagainya. Remaja tidak menyukai bila
harus memikul tanggung jawab rumah tangga seperti merawat adik-adik, atau bila
orang tua tiri masuk kerumah dan mencoba “memerintah.” Hal ini tidak disukai
orang tua dan menambah ketegangan hubungan orang tua-remaja.
·
Sikap
yang sangat kritis
Anggota keluarga tidak menyukai sikap remaja yang terlampau kritis
terhadap mereka dan terhadap pola kehidupan keluarga pada umumnya.
·
Besarnya
keluarga
Dalam keluarga sedang-yang terdiridari tiga atau empat anak-lebih
sering terjadi pertentangan-pertentangan dibandingkan dalam keluarga kecil atau
keluarga besar. Orang tua dalam keluarga besar tidak membenarkan adanya
pertentangan, sedangkan dalam keluarga kecil remaja bersikap lebih lunak dan
tidak merasa perlu untuk memberontak.
·
Perilaku
yang kurang matang
Orang tua sering mengembangkan sikap sering menghukum bila para
remaja mengabaikan tugas-tugas sekolah, melalaikan tanggung jawab atau
membelanjakan uang semaunya. Remaja membenci sikap kritis dan sikap menghukum
ini.
·
Memberontak
terhadap sanak keluarga
Orang tua dan sanak keluarga menjadi marah bila remaja
mengungkapkan perasaannya secara terang-terangan bahwa pertemuan-pertemuan
keluarga “membosankan” atau bila para remaja menolak usul dan nasihat-nasihat
mereka.
·
“
Masalah palang pintu”
Kehidupan sosial remaja yang baru dan yang lebih aktif dapa
mengakibatkannya melanggar pertauran keluarga mengenai waktu pulang dan
mengenali teman-teman dengan siapa ia berhubungan, terutama teman-teman lawan
jenis.
C.
Perkembangan
Dengan Teman Sebaya
Perkembangan kehidupan remaja juga ditandai
dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan. Karena
sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan
teman-teman sebaya mereka. Memang pada prinsipnya hubungan teman sebaya
mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan remaja. Seperti teori yang
dikemukakan oleh Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan yang menekankan bahwa
melalui teman sebaya anak dan remaja belajar hubungan timbal balik yang
simetris. Mereka juga mempelajari secara aktif kepentingan-kepentingan dan
perspektif teman sebaya dalam rangka meluruskan integrasi dirinya dalam
aktivitas teman sebaya yang berkelanjutan. Batasan usia remaja adalah masa
diantara 12-21 tahun. Dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18
tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir. Pengaruh
teman sebaya terhadap perrkembangan remaja yang berdampak positif pada beberapa
aspek, yaitu:
1. Aspek Kepribadian Pengaruh Kehadiran Teman Sebaya
a.
Aspek Fisik
Dengan
kehadiran teman sebaya, remaja dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan
fisiknya, seperti kegiatan-kegiatan kelompok yang sama-sama menyukai aktifitas
fisik. Misalnya kelompok sepak bola, karate, dan sebagainnya.
b.
Aspek Intelektual
Di sini remaja
berkelompok dengan minat yang sama, seperti ajang diskusi atau
kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan kemampuan intelektualnya. Mengontrol
implus-implus agresif, melalui teman sebaya, remaja belajar bagaimana
memecahkan pertentangan-pertentangan dengan cara-cara yang lain selain tindakan
agresi langsung.
c.
Aspek Emosi
Memperoleh
dorongan emosionaldan sosial serta menjadikan lebih independen. Remaja membuat
kelompok untuk saling menyalurkan emosinya dan dorongan bagi remaja untuk
mengambil peran dan tanggung jawab. Dorongan yang diperoleh remaja dari
teman-teman sebaya mereka ini akan menyebabkan berkurangnya ketergantungan
remaja pada dorongan keluarga mereka.
d.
Aspek Sosial
Meningkatkan
keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan penalaran, dan
belajar untuk mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara-cara yang lebih
matang. Memiliki percakapan dan perdebatan dengan teman sebaya, remaja belajar
mengekspresikan ide-ide dan perasaan-perasaan serta mengembangkan
perasaan-perasaan serta mengembangkan kemampuan mereka memecahkan masalah.
Kerena dengan adanya teman sebaya mereka merasa memiliki teman senasib, se-ide,
seperjuangan sehingga melalui kegiatan sosial yang mereka bentuk, remaja merasa
dihargai oleh lingkungannya.
e.
Aspek Moral
Umumnya orang
dewasa mengajarkan kepada anak-anak mereka tentang apa yang benar dan apa yang
salah. Sedangkan, dalam kelompok teman sebaya, remaja mencoba mengambil
keputusan atas diri mereka sendiri. Mereka mengevaluasi nilai-nilai yang
dimilikinya dan yang dimilki oleh teman sebayanya serta memutuskan mana yang
benar. Proses evaluasi ini dapat membantu remaja mengembangkan kemampuan
penalaran moral mereka.
f.
Harga Diri
(self-esteem)
Menjadikan
orang yang disukai oleh sejumlah besar teman-teman sebayanya membuat remaja
merasa enak atau senang tentang dirinya, sehingga meningkatkan rasa percaya
diri mereka.
g.
Seksualitas
Mengembangkan
sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin. Sikap-sikap
seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin terutama dibentuk melalui
interaksi dengan teman sebaya. Remaja belajar mengenai tingkah laku dan
sikap-sikap yang mereka asosiasikan dengan menjadi laki-laki dan perempuan
muda.
Dampak
kehadiran teman sebaya juga tidak selamanya meberi pengaruh yang positif bagi
perkembangan remaja. Bila orang tua kurang memberikan pengetahuan yang baik
bagi remaja, maka akibatnya bisa menimbulkan hal-hal yang negatif, seperti:
a.
Mental
Bagi sebagian remaja, ditolak atau diabaikan
teman sebayanya menyebabkan munnculnya perasaan kesepian atau permusuhan.
Disamping itu, penolakan teman sebaya berdampak juga pada kesehatan mental dan
problem kejahatan.
b.
Kriminalitas
Teman sebaya dapat memperkenalkan remaja pada
alkohol, obat-obatan (narkoba), kenakalan, kejahatan kriminalitas lainnya, dan
berbagai perilaku yang dipandang semua orang sebagai bentuk perbuatan negatif
yang menyimpang dari norma.
c.
Seksualitas
Seks bebas yang terjadi pada remaja jaman
sekarang ini kebanyakan diperkenalkan oleh teman-teman sebaya mereka. Kontrol
orang tua yang kurang mengakibatkan anak salah memilih teman untuk bergaul. Karena
seks bebas yang yang dilakukan oleh para remaja biasanya dilakukan bersama
teman sebaya mereka.
Yang perlu diperhatikan agar remaja tidak
menyimpang dari aturan aturan dalam bersosialisasi yaitu :
a.
Peran Disiplin
Remaja harus
mampu mengatur waktu. Kapan belajar, kapan bermain dengan teman sebaya dan
kapan membantu orang tua.
- Peran Kontrol Orang Tua
Orang tua tetap harus dapat mengontrol remaja
dalam berhubungan dengan teman-teman sebayanya.
- Hindari lingkungan yang dapat membawa remaja ke arah pergaulan yang negatif
Lingkungan yang dipilih sangat mempengaruhi pribadi remaja,
merupakan pengaruh eksternal yang sangat kuat. Pada usia remaja pemikiran yang
dimiliki masih labil sehingga mudah untuk dipengauhi.
- Pandai-pandai dalam memilih bentuk kegiatan yang akan dimasuki
Sekarang ini ada organisasi atau suatu
komunitas yang dalam kegiatannya justru malah berdampak negatif pada
perkembangan remaja. Organisasi yang baik, organisasi yang membawa kita berlaku
sesuai norma.
- Pilihlah teman yang memberi dampak/pengaruh yang positif terhadap kita
Harus pandai-pandai memilih teman yang dapat membawa pengaruh positif.
Karena sebagian waktu remaja dihabiskan dengan teman sebaya, sehingga sangat
berpengaruh pada perkembangan remaja.
- Memiliki aturan-aturan yang jelas sebagai bekal pada saat bersosialisasi dengan teman-teman remaja yang lain. Dalam diri remaja sebenarnya harus sudah ditanamkan aturan-aturan yang membatasi mereka dalam bertidak. Sehingga, mereka tidak gegabah dalam mengambil keputusan dan tidak menyimpang dengan norma yng berlaku.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Menurut
piaget secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi
dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama.
Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkanya
untuk mencapai integrasi dalam dalam hubungan sosial orang dewasa, yang
kenyataanya merupakan cirri khas yang umum dari periode perkembangan.
2.
Erikson lebih menekankan pada tahap
perkembangan psikososial yang terjadi pada masa remaja yaitu identity vs role
diffusion, hal ini karena pada tahap tersebut merupakan peralihan dari masa
anak-anak ke masa dewasa. Peristiwa yang terjadi pada tahap ini sangat
menentukan perkembangan masa dewasa.
3.
Menurut Josselson (Mar’at, 2006) proses
pencarian identitas, - yaitu proses di mana seseorang mengembangkan suatu
identitas personal atau sense of self yang unik, yang berbeda dan terpisah dari
orang lain- ini disebut dengan individuasi (individuation). Proses ini terdiri
dari empat tahap yang berbeda tetapi saling melengkapi. Empat tahap tersebut
adalah: Deferensiasi, praktis, penyesuaian dan eksperimentasi, dan konsolidasi
Tiga hal
yang mendukung pembentukan Status
Identitas Diri Remaja, yaitu :
1.
Keyakinan
dan Kematapan bahwa ia mendapat dukungan Orangtua
2.
Mengembangan
rasa untuk ingin bekerja dan mandiri
3.
mencapai perspektif & pandangan refleksi
diri terhadap masa depannya
4.
Sebab-sebab
umum pertentangan keluarga selama remaja adalah Standart perilaku
Metode disiplin, Hubungan dengan saudara kandung, Merasa menjadi
korban ,Sikap yang sangat kritis ,Besarnya keluarga ,Perilaku yang kurang
matang ,Memberotak terhadap sanak keluarga ,Masalah palang pintu.
5.
teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget dan
Harry Stack Sullivan yang menekankan bahwa melalui teman sebaya anak dan remaja
belajar hubungan timbal balik yang simetris. Mereka juga mempelajari secara
aktif kepentingan-kepentingan dan perspektif teman sebaya dalam rangka
meluruskan integrasi dirinya dalam aktivitas teman sebaya yang berkelanjutan.
Batasan usia remaja adalah masa diantara 12-21 tahun. Dengan perincian 12-15
tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun
masa remaja akhir.
3 komentar:
Terimakasih...
tulisannya sangat bermanfaat
Tulisannya sangat bermanfaat. Akan tetapi lebih bagus lagi kalau disertai dengan daftar pustaka.
Tulisannya sangat bermanfaat. Akan tetapi lebih bagus lagi kalau disertai dengan daftar pustaka.
Posting Komentar