PSIKOLOGI KEWIRAUSAHAAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di
antara makhluk hidup yang di ciptakan Tuhan Yang Maha Esa, manusia merupakan
makhluk yang paling sempurna.Manusia membutuhkan pekerjaan agar memperoleh
penghasilan untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Di antara manusia tersebut
ada beberapa orang yang mendapat kesempatan dan mampu menciptakan lapangan
kerja sendiri bahkan dapat membuka lapangan kerja untuk orang lain.
Banyak kita temui
pengusaha/wirausahawan baik dari yang baru memulai, sukses sampai pada
wirausahawan yang mengalami kegegalan/kebangkrutan. Dalam makalah ini, kita
membahas bagaimana apa itu kewirausahan, apa kontribusi psikologi dalam
kewirausahaan dan apa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
kewirausahaan.
Menjadi wirausaha atau
tidak menjadi wirausaha, sesungguhnya merupakan pilihan hidup. Tetapi pilihan yang didasari atas pemahaman,
pertimbangan dan pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai apa yang akan
dilakukan, dapat menjadi awal yang tidak baik jika ternyata pilihan tersebut di
kemudian hari ternyata keliru. Pilihan
menjadi wirausaha merupakan alternatif yang paling menjanjikan untuk kehidupan
yang akan datang. Sayangnya pilihan
menjadi wirausaha ini belum begitu banyak tumbuh di kalangan generasi muda
kita. Untuk itu membangun jiwa
kewirausahaan harus terus menerus dilakukan oleh siapapun yang peduli terhadap
masa depan dirinya, keluarga dan masyarakat.
Wirausaha adalah orang
yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampukan wirausaha dalam menangani
usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta
menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi
dalam rangka memberikan plelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan
yang lebih besar.
Faktor-faktor psikologi dan
keputusan mengeksploitasi, seseorang
yang memiliki kemampuan mengeksploitasi peluang wirausaha akan membuat
keputusan berbeda dari orang lain pada keadaan dimana informasi dan keahlian
sama dan karakter psikologis lebih mempengaruhi kemampuan mengeksploitasi. Diantaranya kepribadian, motivasi,
evaluasi diri, sifat kognitif, peluang, minat, berani mengambil resiko, kreatif
dan inofatif, dan menumbuhkan pola pikir kewirausahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
Psikologi dan kewirausahaan?
2.
Apa faktor yang mempengaruhi
keberhsilan kewirausaha?
3.
Apa faktor yang mempengaruhi
kegegalan kewirausaha?
4.
Apa peran Psikologi dalam
kewirausahaan?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa itu
psikologi dan kewirausahaan
2.
Untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi keberhasilan kewirwusahaan
3.
Untuk mengetahui faktor
penyebab kegagalan kewirausaan
4.
Untuk mengetahui peran
psikologi dalam kewirausahaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Psikologi dan kewirausahaan
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
berusaha mengukur, menjelaskan, dan terkadang mengubah prilaku manusia dan
makhluk lain. Para psikolog memfokuskan diri mempelajari dan berupayah memahami
prilaku individual. Mereka yang yang telah memberikan kontribusi dan terus
menambah pengetahuan prilaku organisasi adalah teoritikus pengetahuan
teoritikus kepribadian, teoritikus konseling, dan yang terpenting teoritikus
psikologi industri dan organisasi.
Psikologi industry/organisasi pada zaman dahulu
memfokuskan diri mereka dengan pernasalahan rasa lelah, bosan, dan
faktor-faktor lain yang relevan dengan kondisi-kondisi kerja yang dapat
mengha;angi kinerja yang efisien. Baru-baru ini, kontribusi-kontribusi mereka
telah diperluas sehingga mencakup pengetahuan, persepsi, kepribadian, emosi,
pelatihan keefektifan, kepemimpinan, kebutuhan dan kekuatan motivasional,
kepuasan kerja, proses pembuatan keputusan, penghargaan kinerja, ukuran sikap,
teknik sleksi karyawan, rancangan kerja, dan stress kerja. (Stephen
P.Robbins-Timothy A.Judge. dalam buku prilaku organisasi.2008)
Kewirausahaan adalah suatu kemampuan (ability) dalam berfikir kreatif dan berperilaku
inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, siasat
kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. (Soeparman Spemahamidjaja,
1977). Jadi entrepreneur atau kewirausahaan adalah merupakan proses
menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu dan
tenaganya disertai dengan menanggung resiko keuangan, kejiwaan, sosial,
dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya. Selain
itu, kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat,
dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari
kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak
inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan
hidup. Pada hakekatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan
watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif
kedalam dunia nyata secara kreatif.
2.2 Faktor pembawa keberhasilan
kewirausahaan
Dari waktu kewaktu banyak orang membuka usaha.
Beberapa diantara mereka mampu bertahan dan bahkan berkembang, tetapi sebagian
besar mengalami kegagalan. Alasan perusahaan yang berhasil bukan karena
pendirinya mempunyai modal yang besar pada saat mengawali usaha mereka, hal itu
disebabkan oleh kenyataan bahwa perusahaan mereka dikelola oleh wirausahawan
yang mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Dalam setiap contoh yang dikemukakan, pendiri
memiliki pengalaman wirausahawan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memulai
suatu usaha bisnis. Mereka menyadari kelemahan dan kemudian mencari ketrampilan
yang mereka perlukan untuk menjamin keberhasilan perusahaan. Mereka juga
memahami cara setiap bagian daari sebuah perusahaan saling berhubungan erat
untuk membentuk struktur yang utuh dan mengetahui apabila suatu bagian tidak
berfungsi akan menyebabkan kegagalan usaha bisnis mereka.
Wirausahawan tidak bersedia bekerja dengan
baik dalam sebuah organisasi yang diatur menurut struktur organisasi karena
mereka tidak suka oleh oang lain. Pada umumnya wirausahawan percaya bahwa
mereka mampu bekerja lebih baik dari pada orang lain dan akan berusaha keras
dan tanggung jawab penuh. Sekali tujuan tercapai, mereka akan segera
menggantikannya dengan tujuan yang lebih besar.
Wirausahawan memiliki cirri yang dominan,
yakni rasa percaya diri dan kemampuan yang lebih baik dari pada teman sekerja
ataupun atasanya.mereka memerlukan kebebasan untuk memilih dan bertindak
menurut persepsinya tentang tindakan yang akan membuahkan kesuksesan.
Karakteristik seorang wirausahawan dalam
bukunya (kewirausahawan, Prof.Dr.Mas’ud Machfoedz.2002).
Karakter
|
Sifat yang berbeda dengan orang pada umumnya
|
Pengendalian
diri
|
Menyukai
pengendalian segala sesuatu yang mereka kerjakan
|
Tidak suka
berpangku tangan
|
Menyukai
aktivitas yang berorientasi pada kemajuan
|
Motivasi
|
Termotivasi
oleh hasrat untuk mencapai kesuksesan
|
Mampu menganalisi
kesempatan
|
Menganalisi
setiap opsi untuk menjamin keberhasilan dan menguragi resiko
|
Pemikir yang
kreatif
|
Selalu mencari
cara yang lebih baik dalam mengerjakan sesuatu
|
Percaya diri
|
Menyadari arti
kehidupan pribadi lebih penting dari kehidupan bisnis
|
Mampu memecahkan persoalan
|
Selalu memilih
alternative terbaik untuk memecahkan persoalan yang timbul
|
Pemikir yang
objektif
|
Tidak takut
mengaku jika melakukan kesalahan
|
Selanjutnya
Arthur kuriloff dan john M. mampil (1993: 20) mengemukakan karakteristik
kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai danperilaku kewirausahaan sebagai
berikut :
1. Wirausaha selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya hingga
memperoleh hasil yang di harapkannya, ia tidak setengah-setengah dalam
melakukan pekerjaannya, karena itu ia selalu tekun, ulet dan pantang menyerah.
Tindakannya tidak di dasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan yang matang.
Oleh sebab itu , wirausaha selalu berani mengambil resiko yang moderat, artinya
resiko yang di ambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
2. Keberanian menghadapi resiko yang di dukung oleh komitmen yang kuat
mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang hingga memperoleh
hasil. Hasil-hasil itu harus nyata atau jelas dan objektif serta merupakan umpan
balik bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimism yang tinggi karena
mendapatkan hasil yang di harapkannya, maka uang selalu di kelolah secara
proaktif dan di pandang sebagai sumberdaya, bukan tujuan akhir.
2.3 Faktor Penyebab Kegagalan kewirausahaan
Pada
kenyataanya, wirausahawan yang menamui kegagalan jauh lebih banyak dari pada
mereka yang berhasil. Ada beberapa alasan penyebab kegagalan yang perlu
diperhatikan. Faktor penyabab kegagalan wirausahawan dalam bukunya (kewirausahawan,
Prof.Dr.Mas’ud Machfoedz.2002).
Pengalaman
menejemen
|
Mereka kurang
mengetahui pemahaman umum tentang pokok-pokok disiplin manajemen
|
Perencanaan
keuangan
|
Mereka
beranggapan bahwa modal bukan faktor penting yang diperlukan untuk usaha
mereka
|
Lokasi
|
Mereka kuranf
tepat dalam memilih lokasi untuk memulai usaha
|
Pengendalian
usaha
|
Mereka tidak
dapat mengendalikan aspek utama bisnis
|
Boros
|
Mereka terlalu
boros pada saat mereka membuka usaha dengan pengeluaran dana yang seharusnya
dapat ditangguhkan
|
Manajemen piutang
|
Mereka
menggunakan aliran kas dengan cara yang tidak tepat karena kurangnya
perhatian terhadap piutang.
|
Pengembangan
yang berlebihan
|
Mereka
menjalankan program pengembangan usaha tanpa persiapan yang matang
|
Zimmerer (1996)
mengemukan beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan
usaha barunya yaitu :
1. Tidak kompeten dalam manejerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki
kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang
membuat usahanya kurang berhasil.
2. Kurang berpengalaman. Baik dalam kemampuan teknik, kemampuan
memvisualisasikan usaha, kemampuan mengorganisasikan, keterampilan mengelola
sumberdaya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi usaha.
3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar usaha berhasil dengan baik
faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur
pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran
kas akan menghambat operasional usaha dan mengakibatkan usaha tidak lancar.
4. Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu
kegiatan,sekali gagal dalam melakukan perencanaan maka akan mengalami kesulitan
dalam pelaksanaan.
5. Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor
yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat
mengakibatkan usaha sukar beroperasi karena kurang efisien.
6. Kurangnya pengawasan. Pengawasan erat hubungannya dengan efisiensi dan
efektifitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan tidak efisien dan tidak
efektif.
7. Sikap kurang sungguh-sungguh dalam melaksanakan wirausaha. Sikap yang
setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan
menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi
besar.
8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahan.
Wirausaha yang kurang siap dalam menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan
menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa
diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan
setiap saat.
2.4 Peran Psikologi dalam Kewirausahaan
Shane (2003)
mengelompokkan karakter psikologis yang mempengaruhi mengapa seseorang lebih
memanfaatkan peluang dibandingkan yang lain dalam 4 aspek yaitu:
1. kepribadian
2. motivasi
3. evaluasi
diri
4. sifat-sifat
kognitif
1. Kepribadian dan motivasi
Kepribadian dan
motivasi berpengaruh terhadap tindakan seseorang dalam mengambil keputusan yang
berkaitan dengan tindakan memanfaatkan peluang. Bahkan ketika sekumpulan orang
dihadapkan pada peluang yang sama, mempunyai ketrampilan yang hamper sama, dan informasi
yang sama; maka orang dengan motivasi tertentu akan memanfaatkan peluang, sementara
yang lain tidak. Ada 3 aspek kepribadian dan motif yang berpengaruh
dalam memanfaatkan peluang.
a.
Ekstraversi
Ektraversi
terkait dengan sikap sosial, asertif, aktif, ambisi, inisiatif, dan
ekshibisionis. Sikap ini akan membantu entrepreneur untuk mengeksploitasi
peluang terutama dalam memperkenalkan ide ataupun kreasi mereka yang bernilai
kepada calon pelanggan, karyawan, dan sebagainya. Sikap ini membantu entrepreneur
untuk mengombinasikan dan mengorganisasikan sumber daya dalam kondisi yang
tidak menentu.
b.
Agreebleeness (Kesepahaman)
Sikap ini
terkait dengan keramahan, konformitas sosial, keinginan untuk mempercayai,
kerjasama, keinginan untuk memaafkan, toleransi, dan fleksibilitas dengan orang
lain. Hal ini akan membantu entrepreneur dalam membangun jaringan kerjasama
untuk kematangan bisnisnya terutama aspek dari keinginan untuk mempercayai
orang lain.
c.
Pengambilan Resiko
Sikap ini
berkaitan dengan kemauan seseorang untuk terlibat dalam kegiatan beresiko.
Beberapa resiko yang mungkin dihadapi oleh entrepreneur antara lain pemasaran,
finansial, psikologis dan sosial. Seseorang yang memiliki perilaku pengambilan
resiko yang tinggi akan lebih mudah dalam mengambil keputusan dalam keadaan
yang tidak menentu dan mengorganisasikan sumber daya yang dimilikinya terutama
dalam memperkenalkan produknya ke pembeli.
2. Motivasi
Hal yang tak
kalah penting dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan adalah motivasi. Sebagian
besar entrepreneur dimotivasi oleh keinginan untuk menentukan nasibnya sendiri.
Dalam paparan berikut ini akan dibahas mengenai 2 macam kebutuhan yang
melandasi motivasi seorang entrepreneur.
a.
Kebutuhan Berprestasi
Merupakan
motivasi yang akan memicu seseorang untuk terlibat dengan penuh rasa tanggung
jawab, membutuhkan usaha dan keterampilan individu, terlibat dalam resiko
sedang, dan memberikan masukan yang jelas. Kebutuhan berprestasi yang tinggi
dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menghasilkan sesuatu yang baru
terhadap masalah khusus. Selanjutnya, kebutuhan berprestasi juga dicirikan
dengan adanya penentuan tujuan, perencanaan, dan pengumpulan informasi serta
kemauan untuk belajar. Ciri selanjutnya dari adanya kebutuhan berprestasi
adalah kemampuannya dalam membawa ide ke implementasinya di masyarakat. Dengan
demikian, kebutuhan berprestasi yang tinggi akan membantu seorang entrepreneur
dalam menjalankan usahanya untuk memecahkan masalah sesuai dengan penyebabnya,
membantu dalam menentukan tujuan, perencanaan, dan aktivitas pengumpulan
informasi. Selain itu, kebutuhan informasi akan membantu entrepreneur untuk
bangkit dengan segera ketika menghadapi tantangan.
b.
Keinginan untuk independent (Need for
independence)
Faktor
ini menjadi penentu kekhasan dari seorang entrepreneur. Selain keinginan yang
tidak ingin ditentukan oleh orang lain, keinginan untuk independen akan memicu
seorang entrepreneur menghasilkan produk yang berbeda dengan orang lain. Ia
akan lebih berani dalam membuat keputusan sendiri dalam mengeksploitasi peluang
berwirausaha.
Motivasi
seseorang juga akan meningkat seiring dengan adanya role model dalam membangun
usahanya. Seorang entrepreneur akan berupaya mewarnai bisnisnya karena
terinspirasi dengan entrepreneur yang telah sukses sebelumnya. Biasanya hal ini
akan terlihat ketika seorang entrepreneur mulai memperkenalkan usahanya ke
publik. Role model berperan sebagai katalis dan mentor dalam menjalankan
usahanya. Selain itu, jaringan dukungan sosial dari orang-orang di sekitar
entrepreneur akan berperan terutama ketika usaha tersebut menghadapi kesulitan
ataupun ketika berada dalam keadaan stagnan dalam prosesnya. Keberadaan
jaringan ini dikategorikan menjadi:
a. Jaringan
dukungan moral. Jaringan ini bisa berawal dari dukungan pasangan,
teman-teman, dan saudara.
b. Jaringan
dukungan dari professional. Jaringan ini akan membantu seorang
entrepreneur dalam mendapatkan nasihat dan
konseling mengenai perkembangan usahanya. Jaringan ini bisa berawal dari
mentor, asosiasi bisnis, asosiasi perdagangan, dan hubungan yang bersifat
personal.
3. Evaluasi Diri
a. Locus of
control
Locus of control didefinisikan sebagai
kepercayaan seseorang bahwa ia mampu mengendalikan lingkungan di sekitarnya.
Seorang entrepreneur yang memiliki internal locus of control lebih mampu dalam
memanfaatkan peluang kewirausahaan. Mereka memiliki kepercayaan dapat
memanfaatkan peluang, sumber daya, mengorganisasikan perusahaan, dan membangun
strategi. Hal ini dikarenakan esuksesan dalam menjalankan aktivitas
entrepreneur tergantung pada keinginan seseorang untuk percaya pada kekuatannya
sendiri.
c. Self Efficacy
Self-efficacy
adalah kepercayaan seseorang pada kekuatan diri dalam menjalankan tugas
tertentu. Entrepreneursering membuat penilaian sendiri pada keadaan yang tidak
menentu, oleh karena itu mereka harus memiliki kepercayaan diri dalam membuat
pernyataan, keputusan mengenai pengelolaan sumber daya yang mereka miliki.
4.Karakteristik
Kognitif
Karakteristik kognitif merupakan faktor yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir dan membuat keputusan. Dalam
mengembangkan peluang kewirausahaan, seorang entrepreneurharus membuat
keputusan positif mengenai sesuatu yang mereka belum pahami, dalam
ketidakpastian, dan informasi yang terbatas. Dalam membuat keputusan positif
tersebut dibutuhkan karakteristik kognitif yang membantu entrepreneur untuk
memetakan cara bagaimana memanfaatkan peluang wirausaha. Karakteristik tersebut
antara lain:
a.
Overconfidence
Overconfidence
merupakan kepercayaan pada pernyataan diri yang melebihi keakuratan dari data
yang diberikan. Sikap percaya yang berlebihan ini sangat membantu entrepreneur
terutama dalam membuat keputusan pada situasi yang belum pasti dan informasi
yang terbatas. Dia akan melangkah lebih pasti dalam menjalankan keputusannya
meskipun kesuksesan yang diinginkan belum pasti. Hal ini sebenarnya bisa dari rasa
optimisme. Overconfidence mendorong orang mampu memanfaatkan peluang usaha
(Busenitz dalam Shane, 2003).
Beberapa
riset yang mendukung teori bahwa overconfidence mendorong memanfaatkan peluang
usaha berikut ini. Shane (2003) mempresentasikan beberapa penelitian yang
mendukung kenyataan ini. Gartner dan Thomas pada tahun 1989 melakukan survei
terhadap 63 pendiri perusahaan software computer. Hasilnya menunjukkan bahwa
mereka cenderung overconfidence dan perkiraan rata-rata penjualan 29% di atas
penjualan tahun sebelumnya. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Cooper dkk
tahun 1988 menunjukkan bahwa 33,3% dari yang mereka percaya bahwa mereka akan
sukses dan dua pertiga dari yang mereka survey merasa yakin akan kesuksesan
yang akan diraihnya.
Entrepreneur
cenderung lebih overconfidence dibandingkan dengan manajer. Hasil penelitian
Busenizt dan Barney tahun 1997 dengan cara membandingkan 124 pendiri perusahaan
dan 74 manajer dalam sebuah organisasi besar. Hasilnya menunjukkan bahwa
pendiri perusahaan lebih overconfidence dibandingkan dengan manajer. Demikian
juga penelitian yang dilakukan oleh Amir dkk tahun 2001, yang dilakukan dengan
cara wawancara pada 51 pendiri perusahaan dan 28 manajer senior (bukan pendiri)
di Kanada. Pendiri perusahaan memperkirakan mereka mempunyai peluang sukses
lebih besar dibandingkan dengan perkiraan manajer senior.
b.
Representatif
Representatif
merupakan keinginan untuk mengeneralisasi dari sebuah contoh kecil yang tidak
mewakili sebuah populasi. Bias dalam representatif akan mendorong seorang
entrepreneur dalam membuat keputusan. Ia menjadi lebih mudah dalam membuat
keputusan terutama dalam keadan yang tidak menentu.
Penelitian
mengenai hal ini dilakukan oleh Busenitz dan Barney di tahun 1997. dengan cara
membandingkan 124 pendiri perusahaan dengan 74 manajer. Hasilnya menunjukkan
bahwa para pendiri perusahaan memiliki sekor representative yang lebih tinggi
dibandingkan dengan manajer. Hal ini menunjukkan bahwa gaya pemecahan masalah
antara entrepreneur dan manajer berbeda.
c. Intuisi
Sebagian
besar entrepreneur menggunakan intuisi daripada menganalisis informasi dalam
membuat keputusan. Kegunaan intuisi untuk memfasilitasi pembuatan keputusan
mengenai ketersediaan sumber daya, mengorganisasi dan membangun strategi baru.
dengan memfasilitasi pembuatan keputusan maka argumen akan muncul, dan intuisi
selanjutnya akan meningkatkan performa dalam kegiatan entrepreneur.
Beberapa
riset mendukung fakta di atas. Shane (2003) melaporkan beberapa hasil
penelitian berikut ini. Hasil penelitian Allison dkk membandingkan 156 pendiri
perusahaan dan perusahaan yang masuk daftar dalam British Publication Local
Heroes sebagai perusahaan yang berkembang dengan 546 manajer. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa pendiri perusahaan lebih intuitif dalam pengambilan keputusan
dibandingkan dengan manajer.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Karakteristik Wirausaha
a.
Lingkungan keluarga dan masa kecil
Beberapa
penelitian yang berusaha mengungkap mengenai pengaruh lingkungan keluarga
terhadap pembentukan semangat berwirausaha. Penelitian bertopik urutan
kelahiran menemukan bahwa anak dengan urutan kelahiran pertama lebih memilih
untuk berwirausaha. Namun, penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut.
Selanjutnya pengaruh pekerjaan orang tua terhadap pertumbuhan semangat
kewirausahaan ternyata memiliki pengaruh yang signifikan.
b.
Pendidikan
Faktor
pendidikan juga tak kalah memainkan penting dalam penumbuhan semangat
kewirausahaan. Pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang untuk melanjutkan
usahanya namun juga membantu dalam mengatasi masalah dalam menjalankan
usahanya.
c. Nilai-nilai
Personal
Faktor
selanjutnya adalah nilai-nilai personal yang akan mewarnai usaha yang
dikembangkan seorang wirausaha. Nilai personal akan membedakan ia dengan
pengusaha lain terutama dalam menjalin hubungan dengan pelanggan, suplier, dan
pihak-pihak lain, serta cara dalam mengatur organisasinya.
d. Pengalaman
Kerja
Pengalaman
kerja tidak sekedar menjadi salah satu hal yang menyebabkan seseorang untuk
menjadi seorang entrepreneur. Pengalaman ketidakpuasan dalam bekerja juga turut
menjadi salah satu pendorong dalam mengembangkan usaha baru.
BAB III
KESIMPULAN
1.
Psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan, dan terkadang mengubah prilaku
manusia dan makhluk lain. Para psikolog memfokuskan diri mempelajari dan
berupayah memahami prilaku individual.
2.
kewirausahaan adalah
merupakan proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan
seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menanggung resiko keuangan,
kejiwaan, sosial, dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan
pribadinya.
3.
Faktor pembawa
keberhasilan kewirausahaan adalah dengan wirausahawan yang memiliki karakter:
pengendalian diri, tidak suka berpangku tangan, motivasu, mampu menganalisa
kesempatan, pemikir yang kreatif, percaya diri, dan pemikir yang objektif.
4.
Faktor penyebab
kegagalan kewirausahaan diantaranya adalah: kurangnya pengalaman manajemen,
kurang mampu membuat perencanaan keuangan, kurang mampu menganalisa lokasi,
bersifat boros, dan kurang bersedia untuk berkorban.
5. Shane (2003)
mengelompokkan karakter psikologis yang mempengaruhi mengapa seseorang lebih
memanfaatkan peluang dibandingkan yang lain dalam 4 aspek yaitu:
1. kepribadian
2. motivasi
3. evaluasi
diri
4. sifat-sifat
kognitif
0 komentar:
Posting Komentar