Sabtu, 25 Januari 2014

GANGGUAN BERFIKIR (INKOHERENSI)


GANGGUAN BERFIKIR (INKOHERENSI)



BERFIKIR

Berfikir mrupakan pondasi kehidupan, semua makhluk hidup tidak lepas dari berfikir. Rasulullah bersabda “ Berpikir sesaat lebih baik dari pada beribadah satu malam”. Anjuran untuk berpikir, merenung memperhatikan, dan mengambil pelajaran adalah hal yang sudah tidak asing lagi dalam al-qur’an dan hadits. Karena hal itu menjadi kunci cahaya dan dasar bagi kunci pencerahan. Keistimewaan berpikir telah diungkapkan firman Allah “ Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi” QS. Ali imran:191.
Berpikir adalah suatu proses untuk memanipulasi data, fakta, dan informasi untuk membuat keputusan berperilaku. Jangkauan pikiran dimulai dengan sebuah lamunan biasa, lalu dilanjutkan dengan pemecahan masalah yang kreatif. Aktivitas mental dalam perasaan dan pemahaman bergantung pada perangsangan dari luar dalam proses yang disebut dengan sensasi dan atensi.
Proses mental yang lebih tinggi disebut berpikir terjadi di dalam otak. Mengingat kembali mengundang pengalaman terdahulu ke dalam alam pikiran dan mulai membentuk sebuah rantai asosiasi. Rantai asosiasi ini tidak merujuk pada apa yang secara nyata dapat dilihat sebagai khayalan-khayalan mental. Tujuan berpikir adalah memecahkan permasalahan tersebut. Karena itu, sering dikemukakan bahwa berpikir itu adalah merupakan aktifitas psikis yang intentional, berpikir tentang sesuatu. Di dalam pemecahan tersebut, orang menghubungkan satu hal dengan hal yang lain hingga dapat mendapatkan pemecahan masalah. Sapai saat ini belum diketahui  mekanisme saraf pikiran dan kita hanya mengetahui sedikit tentang mekanisme ingatan. Kita tau bahwa kerusakan sebagian besar korteks serebrin (melibatkan penglihatan) tidak mencegah seseorang untuk mempunyai pikiran, namun akan menurunkan kedalaman pikiran dan juga derajat kesadaran terhadap keadaan sekelilingnya. Setiap pikiran hamper selalu melibatkan sinyal-sinyal yang menjalar secara bersama secara bersamaan didalam sebagian besar korteks serebri, thalamus, sistem limbik, dan formasio retikularis batang otak.
Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006: 118) ada enam pola berpikir, yaitu :
1. Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu dan tempat tertentu.
2. Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidak terhinggaan, sebab dapat dibesarkan atau   disempurnakan keluasannya.
3. Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir mengenai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.
4. Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar kemiripannya.
5. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih kompleks disertai pembuktian-pembuktian.
6. Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal, dan seringkali tidak logis.
Berfikir merupakan Rahmat dari Alloh SWT, ketika seseorang berpikir maka bertambahlah kekuatan orang tersebut. Segala bentuk karya, kreatifitas merupakan hasil dari berpikir, pikiran tak dapat berjalan sendiri tanpa adanya dukungan panca indra seperti mata, telinga, dan hidung, karena informasi akan didapat oleh indra sebelum diproses otak  menjadi sebuah  pikiran. Maka tak heran jika ada pepatah mengatakan bahwa “pikiran yang sehat terdapat pada jiwa yang kuat”. Karena pikiran merupakan suuatu yang tak berwujud (bathiniyah) dan indra yang menjadi penangkap informasi yang kemudian diproses oleh otak merupakan suatu yang berwujud (lahiriyah).

GANGGUAN ISI PIKIRAN DAN PROSES BERPIKIR
Menurut (Kaplan 2010), proses berfikir yang normal mengandung arus ide, simbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan. Proses berpikir dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan berpikir berarti menghantarkan suatu penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan. Proses berpikir pada manusia meliputi proses  pertimbangan, pemahaman, ingatan, serta penalaran. Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi proses berfikir manusia, misalnya faktor somatik (gangguan otak, kelelahan), faktor psikologik (gangguan emosi, psikosa), dan faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain). Distorsi pada proses berfikir dapat disebabkan karena gangguan organik maupun gangguan psikologik terkait gangguan kecemasan, gangguan panik, gangguan depresi maupun kondisi psikotik.
1.    Gangguan spesifik pada bentuk pikiran, diantaranya:
a. Sirkumstansialitas merupakan Bicara yang tidak langsung dan lambat dalam mencapai tujuan. Pada akhirnya, tujuan pembicaraan akan tercapai, tetapi ditambah dengan perincian-perincian yang berbelit- belit dan mendetail.
b. Tangensialitas merupakan Ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh tujuan.Pembicaraan berputar- putar dan tidak pernah mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Inkoherensi Merupakan pembicaraan yang tidak logis di mana kata- kata yang diucapkan tidak dapat dimengerti. Pikiran sangat cepat sehingga kata-kata yang diucapkan tidak mempunyai hubungan atau tanpa tata bahasa yang menyebabkan disorganisasi.
d. Ekolalia merupakan Pengulangan kata-kata atau frasa orang lain secara psikopatologis. Cenderungberulang dan menetap, dapat diucapkan dengan nada mengejek dan terputus- putus.
2.    Gangguan spesifik pada isi pikiran, diantaranya:
a.  Kemiskinan isi pikiran, Pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada pengertian, pengulangan kosong  atau frasa yang tidak jelas.
b.  Gagasan yang berlebihan Keyakinan palsu  yang dipertahankan, yang tidak beralasan dan dipertahankan secara kurang  kuat bila dibandingkan dengan waham.
c.   Waham ,Keyakinan palsu didasarkan pada kesimpulan yang  salah tentang kenyataan eksternal. Apa yang diyakininya tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultural. Dan ini tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan.

INKOHERENSI
Inkoherensi Merupakan pembicaraan yang tidak logis di mana kata- kata yang diucapkan tidak dapat dimengerti. Pikiran sangat cepat sehingga kata- kata yang diucapkan tidak mempunyai hubungan atau tanpa tata bahasa yang menyebabkan disorganisasi. Komunikasi terbatas, paling banyak di ucapkan sesekali sehingga memungkinkan melanjutkan komunikasi dan respon dalam komunikasi tidak bisa dipahami karena ketidak sesuaian antara kata dalam kalimat yang diucapkan dalam arus komunikasi. Jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya, hal ini dapat dilihat dari kata-kata yang diucapkan tidak ada hubungannya satu dengan yang lain.
Inkoherensi juga merupakan gejala awal skizofernia, menurut Eugen Bleuler (Maramis, 1998 : 217) Skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses pikir, perasaan dan perbuatan. Skizofrenia Hebefrenik adalah permulaannya perlahan-lahan atau subakut, sering timbul pada masa remaja (antara 15-25 tahun), gejala yang dominan adalah ganguan proses pikir, gangguan kemauan, adanya defersonalisasi, gangguan psikomotor, neologisme, atau perilaku kekanak-kanakan, waham dan halusinasi.

PENYEBAB INKOHERENSI
Inkoherensi merupakan gangguan spesifik pada bentuk pikiran, dimana seseorang tidak bias menganalisis secara logis dan kata-kata yang diucapkan tidak bias dimengerti atau tidak mempunyai hubungan/tata bahasa. Menyebabkan orang yang diajak bicara kesulitan menangkap pembicaraan dan mengakibatkan diskomunikasi.
Orang yang mengalami inkoherensi secara fisik tidak mengalami gangguan, penderita inkoherensi masih bisa menerima informasi melalui visual maupun auditorial, sebagian besar masyarakat mengira bahwa inkoherensi adalah seseorang yang mengalami gangguan jiwa atau keterbelakangan mental dimana penderita tidak bisa diajak berkomunikasi/berbahasa dengan baik. Dimana intelegensi (kecerdasan) seseoran dapat dilihat dengan bagaimana seseorang tersebut berkomunikasi atau berbahasa. Sebagian besar pengalaman sensorik kita diubah menjadi bahasa yang sesuai sebelum disimpan di area ingatan otak dan sebelum diolah untuk tujuan pembentukan intelektual lainya.
Faktor Penyebab gangguan berpikir diantaranya:
1.       Faktor genetika (Individu  yang  memiliki  anggota  keluarga  yang  mengalami  Gangguan syaraf memiliki kecenderungan lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak memiliki faktor herediter)
2.      Traumatik (indiyidu yang trauma berkepanjangan, dan tidak segera ditangani)
3.      Cacat Kongenital (cacat prenatal,cedera,dan lain sebagainya)
4.      Neurobiological (Kerusakan pada jaringan syaraf)
5.      Neurobehavioral (Kerusakan pada bagian-bagian otak  tertentu)

Penyebab inkoherensi sangat berkaitan dengan neurobehavioral, dimana area wernicke yang terletak dibelakang korteks auditorik pada bagian posterior girus temporalis di lobus temporalis dan area broca yang terletak di gyrus frontalis superior pada lobus frontalis korteks otak besar. Area broca terletak berdampingan dengan area wernicke. Area wernicke merupakan area pemahaman bahasa sedangkan area broca berperan pada proses bahasa, serta kemampuan dan pemahaman berbicara. Ada dua bagian utama pada area Broca, yang memiliki peran masing-masing dalam kemampuan pembentukan dan pemahaman bahasa:
1.       Pars triangularis (anterior), diperkirakan difungsikan untuk menginterpretasikan berbagai macam rangsang dan pengolahan konduksi verbal.
  1. Pars opercularis (posterior), diperkirakan untuk menyokong manajemen satu jenis rangsang saja dan mengkoordinasikan organ wicara dan area motorik dalam berbahasa.
Bila area wernicke mengalami keusakan yang sangat parah, orang tersebut mungkin masih dapat mendengar dengan sempurna dan bahkan masih dapat mengenali kata-kata namun tetap tidak mampu menyusun kata-kata ini menjadi suatu pikiran yang logis, dan bila area broca mengalami kerusakan menjadikan seseorang tidak mampu membentuk kalimat kompleks dengan tata bahasa yang benar.
Dapat dikatakan bahwa inkoheransi merupakan gangguan/kerusakan pada otak yaitu area wernicke dan area broca, yang disebabkan karena cedera, cacat prenatal, kekurangan gizi pada waktu prenatal, dan faktor genetika. Dan gangguan saraf-saraf sinaptik yang menjadi penghubung antara area wermicke  dengan area broka sehingga informasi yang didapat melalui indra pendengaran dan penglihatan yang dikirim ke area wernicke untuk diolah menjadi sebuah kalimat tidak dikirimkan ke area broka untuk pembentukan kalimat yang kompleks dan tata bahasa yang benar. Yang mengakibatkan terjadi diskomunikasi, karena karena bahasa yang tidak logis di mana kata- kata yang diucapkan tidak dapat dimengerti.

PENYEMBUHAN INKOHERENSI
Inkoheransi merupakan gangguan/kerusakan pada bagian otak dan syaraf sinaptik, yaitu area wernicke dan area broka dan syaraf pengubung antara area wernicke dan area broka. Dimana area wernicke merupakan area pemahaman bahasa dan area broca berperan pada proses bahasa, serta kemampuan dan pemahaman berbicara. Ada berbagai cara dalam upayah penyembuhan inkoherensi, diantaranya yaitu:
1.    Terapi ketrampilan/kesenian, semisal musik dan menyanyi secara berkala dan diulang-ulang sedikit banyak membantu penderita mengingat lirik dan lagu yang mendorong penderita untuk bernyanyi dan melatih pengkondisian bahasa mereka. Dimana inkoherensi merupakan gangguan ketidak mampuan seseorang berbahasa logis atau jalan pikiran yang kacau
2.    Terapi spiritual, terapi ini bias digunakan pada penderita yang dissebabkan oleh traumatik, karena kondisi yang amat tertekan dan secara fisiologis tidak mengalami gangguan.
3.    Penggunaan obat anti psikosis, misalnya: clozapine, risperidone, olanzepine, iloperidol, diyakini mampu memberikan kualitas kesembuhan yang lebih baik, obat  ini bisa menetralisir gejala-gejala akut schizophrenia seperti tingkah laku kacau, gaduh gelisah, waham, halusinasi pendengaran, inkoherensi, maupun menghilangkan gejala-gejala negatif (kronik) seperti autistik (pikiran penuh fantasi dan tak terarah), perasaan tumpul, dan gangguan dorongan kehendak. (Wicaksana, 2000).
 
SIMPULAN
1.    Berpikir merupakan suatu proses untuk memanipulasi data, fakta, dan informasi untuk membuat keputusan berperilaku. Jangkauan pikiran dimulai dengan sebuah lamunan biasa, lalu dilanjutkan dengan pemecahan masalah yang kreatif.
2.    Berpikir melibatkan informasi yang diperoleh melelui panca indra dan diproses oleh otak dalam bentuk konsep-konsep yang akan dikirimkan oleh neuron-neuron dalam bentuk percikan listrik ke wearnicke untuk disusun dalam bentuk kata-kata dan dikelola atau dikeluarkan secara verbal oleh broka.
3.    Gangguan pada proses berfikir dapat disebabkan karena gangguan organik maupun gangguan psikologik terkait gangguan kecemasan, gangguan panik, gangguan depresi maupun kondisi psikotik.
4.    Inkoherensi Merupakan pembicaraan yang tidak logis di mana kata- kata yang diucapkan tidak dapat dimengerti. Pikiran sangat cepat sehingga kata- kata yang diucapkan tidak mempunyai hubungan atau tanpa tata bahasa yang menyebabkan disorganisasi. Yang diakibatkan oleh gangguan/kerusakan pada otak yaitu area wernicke dan area broca, yang disebabkan karena cedera, cacat prenatal, kekurangan gizi pada waktu prenatal, dan faktor genetika.
5.    Ada berbagai cara dalam upayah penyembuhan inkoherensi, diantaranya yaitu: terapi ketrampilan/kesenian, terapi spiritual, dan penggunaan obat anti psikosis.

HUBUNGAN INTERPERSONAL (KOMITMEN PERNIKAHAN) DALAM PRESPEKTIF ISLAM (HADITS)






HUBUNGAN INTERPERSONAL (KOMITMEN PERNIKAHAN) DALAM PRESPEKTIF  ISLAM (HADITS)



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Hubungan interpersonal masuk dalam kategori psikologi sosial, dimana hubungan interpersonal merupakan hubungan antar individu, dimana suatu individu adalah makhluk sosial yang tidak pernah lepas dari individu lain untuk berkomunikasi/berinteraksi. Hubungan interpersonal bukan hanya intraksi antara individu dengan masyarakat namun juga mencakup hubungan laki-laki dengan perempuan (suami-istri), hubungan persahabatan, hubungan orang tua dengan anak dan hubungan makhluk dengan sang kholiq, dimana didalamnya terdapat prilaku, interaksi, emosi, afeksi, dan komitmen antar individu.
Penulis mencoba mengupas bagaimana komitmen pernikahan didalam hubungan interpersonal dalam prespektif Hadits, sebelimnya penulis juga membuat makalah tentang hubungan interpersonal dalam prespektif Al-Qur’an pada tugas akhir semester sebelumnya.
Dalam quran surat Ar-Rum ayat:1 menjelaskan hubungan interpersonal antara laki-laki dengan perempuan yang yang menjalin suatu kedekatan, cinta, dan kasih sayang yang kemudian diantara keduanya berkomitmen, saling member dan bereproduksi sebagai hasil/buah cinta. Pada quran surat      Al-Israa ayat:26 menjelaskan hubungan interpersonal antara orang tua dengan anaknya, dimana kasih sayang dan cinta orang tua kepada anaknya. Yang mendidik dan merawat dari kecil hingga anaknya tumbuh dewasa.
Dan didalam Hadis juga Banyak menyebutkan tentang hubungan interpersonal, dimana membina hubungan baik antar manusia, menciptakan sebuah komitmen dan menciptakan generasi penerus.

A.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep hubungan interpersonal (Komitmen Pernikahan) dalam prespektif psikologi dan  islam (Hadits)
2.      Bagaimana bentuk pola teks prespektif psikologi dan  islam (Hadits)
3.      Bagaimana bentuk opula/peta konsep teks prespektif psikologi dan islam (Hadits)
4.      Bagaimana bentuk rumusan konseptual dalam prespektif psikologi dan  islam (Hadits)


B.  Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mendeskripsikan hubungan interpersonal (Komitmen Pernikahan) dalam prespektif psikologi dan islam (Hadits)
2.      Untuk menemukan bentuk pola teks prespektif psikologi dan islam (Hadits)
3.      Untuk menemukan bentuk figure/peta konsep teks prespektif psikologi dan islam (Hadits)
4.      Untuk menemukan bentuk rumusan konseptual dalam prespektif psikologi dan islam (Hadits)


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Hubungan Interpersonal
hubungan interpersonal adalah suatu kondisi atau keadaan bagaimana cara kita mengenali diri kita terhadap lingkungan sekitar, apakah kita sudah mengetahui siapa diri kita dan apa hal yang terbaik yang prenah kita lakukan. Contoh orang yang tidak memiliki interpersonal yaitu gampang emosi, marah yang meledak ledak dan mudah putus asa atau tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dapat merubahnya lebih baik. Orang yang mempunyai banyak teman dan dapat menjadi orang yang fleksibel adalah orang yang mampu membaca situasi disekitarnya dan dapat beradaptasi dengan lingkungan. Tapi ada definisi lain berdasarkan sumber yang tepat dan benar tentang hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Hubungan interpersonal mempunyai 4 model yang diantaranya meliputi :
1.   Model pertukaran sosial (social exchange model).
Hubungan interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat opular) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya). 
2.      Model peranan (role model).
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.
3.      Model permainan (games people play mode)
Model menggunakan pendekatan opular transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
a.       Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
b.      Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional).
c.       Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
4.      Model Interaksional (interacsional model)
Model ini memandang hubungann interpersonal sebagai suatu opula . Setiap opula memiliki sifat opulariv, opularive dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.

2.2. Pernikahan
Pengertian Perkawinan – Menurut Undang-Undang Perkawinan, yang dikenal dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1974, yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menurut Bachtiar (2004), Definisi Perkawinan adalah pintu bagi bertemunya dua hati dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia, harmonis, serta mendapat keturunan. Perkawinan itu merupakan ikatan yang kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup bergaul guna memelihara kelangsungan manusia di bumi.
Terruwe (dalam Yuwana & Maramis, 2003) menyatakan bahwa perkawinan merupakan suatu persatuan. Persatuan itu diciptakan oleh cinta dan dukungan yang diberikan oleh seorang pria pada isterinya, dan wanita pada suaminya.

Menurut Goldberg (Yuwana & Maramis, 2003), perkawinan merupakan suatu lembaga yang sangat opular dalam masyarakat, tetapi sekaligus juga bukan suatu lembaga yang tahan uji. Perkawinan sebagai kesatuan tetap menjanjikan suatu keakraban yang bertahan lama dan bahkan abadi serta pelesatarian kebudayaan dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan inter-personal.
Menurut Kartono (1992), Pengertian perkawinan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna perkawinan berbeda-beda, tetapi praktek-prakteknya perkawinan dihampir semua kebudayaan cenderung sama perkawinan menunujukkan pada suatu peristiwa saat sepasang calon suami-istri dipertemukan secara formal dihadapan ketua agama, para saksi, dan sejumlah hadirin untuk  kemudian disahkan secara resmi dengan upacara dan ritual-ritual tertentu.
Menurut Saxton (1986) , perkawinan mengatakan bahwa memiliki dua makna, yaitu :
a.  Sebagai suatu institusi sosial
Suatu solusi kolektif terhadap kebutuhan sosial. Eksistensi dari                                  perkawinan itu memberikan fungsi pokok untuk kelangsungan                                 hidup suatu kelompok dalam hal ini adalah masyarakat.
b.  Makna individual
Perkawinan sebagai bentuk legitimisasi (pengesahan) terhadap peran sebagai individual, tetapi yang terutama,  perkawinan di pandang sebagai sumber kepuasan personal.
Berdasarkan berbagai definisi tentang perkawinan di atas, dapat disimpulkan                bahwa perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara laki-laki dan                           perempuan sebagai suami isteri yang memiliki kekuatan hukum dan diakui                         secara sosial dengan tujuan membentuk keluarga sebagai kesatuan yang menjanjikan pelestarian kebudayaan dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan inter-personal.
Perkawinan merupakan kebutuhan fitri setiap manusia yang memberikan banyak hasil yang penting, diantaranya adalah  pembentukan sebuah keluarga yang didalamnya seseorang pun dapat menemukan kedamaian pikiran. Orang yang tidak  kawin bagaikan seekor burung tanpa sarang. Perkawinan merupakan perlindungan bagi seseorang yang merasa seolah-olah hilang dibelantara kehidupan, orang dapat menemukan pasang hidup yang akan berbagi dalam kesenangan dan penderitaan.
Menurut Bachtiar (2004), membagi lima tujuan perkawinan yang paling pokok adalah:
  1. Memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur
  2. Mengatur potensi kelamin
  3. Menjaga diri dari perbuatan-perbuan yang dilarang agama
  4. Menimbulkan rasa cinta antara suami-isteri
  5. Membersihkan keturunan yang hanya bisa diperoleh dengan jalan pernikahan.
Sedangkan Ensiklopedia Wanita Muslimah (dalam bacthtiar, 2004), tujuan perkawinan adalah:
  1. Kelanggengan jenis manusia dengan adanya keturunan
  2. Terpeliharanya kehormatan
  3. Menenteramkan dan menenagkan jiwa
  4. Mendapatkan keturunan yang sah
  5. Bahu-membahu antara suami-isteri
  6. Mengembangkan tali silaturahmi dan memperbanyak keluarga 


KESIMPULAN


Hubungan interpersonal merupakan kebutuhan manusia dalam mempertahankan kehidupan baik dari segi fisik maupun psikis. Hubungan interpersonal merupakan hubungan antara individu dengan individu lain dalam sebuah ikatan atau komitmen. Banyak macam-macam hubungan interpersonal diantaranya persahabatan, keluarga, pernikahan dan lain sebagainya. Pernikahan merupakan hubungan interpersonal dalam suatu komitmen dan tujuan tertentu. Setiap orang pasti menginginkan hidup bahagia dan mempunyai keturunan dalam komitmen yang berbentuk pernikahan. Dalam prespektif hadits juga banyak dijelaskan mengenai hubungan interpersonal pada konteks pernikahan,mulai dari proses sampai pada tata cara membina suatu hubungan yang baik dalam pernikahan.

KUMPULAN BAHASAN

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | ewa network review