GANGGUAN BERFIKIR (INKOHERENSI)
BERFIKIR
Berfikir
mrupakan pondasi kehidupan, semua makhluk hidup tidak lepas dari berfikir.
Rasulullah bersabda “ Berpikir sesaat lebih baik dari pada beribadah satu
malam”. Anjuran untuk berpikir, merenung memperhatikan, dan mengambil pelajaran
adalah hal yang sudah tidak asing lagi dalam al-qur’an dan hadits. Karena hal
itu menjadi kunci cahaya dan dasar bagi kunci pencerahan. Keistimewaan berpikir
telah diungkapkan firman Allah “ Dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi” QS. Ali imran:191.
Berpikir adalah suatu proses untuk
memanipulasi data, fakta, dan informasi untuk membuat keputusan berperilaku.
Jangkauan pikiran dimulai dengan sebuah lamunan biasa, lalu dilanjutkan dengan
pemecahan masalah yang kreatif. Aktivitas mental dalam perasaan dan pemahaman
bergantung pada perangsangan dari luar dalam proses yang disebut dengan sensasi
dan atensi.
Proses mental yang lebih tinggi disebut berpikir terjadi di
dalam otak. Mengingat kembali mengundang pengalaman terdahulu ke dalam alam
pikiran dan mulai membentuk sebuah rantai asosiasi. Rantai asosiasi ini tidak
merujuk pada apa yang secara nyata dapat dilihat sebagai khayalan-khayalan
mental. Tujuan berpikir adalah memecahkan permasalahan tersebut. Karena itu,
sering dikemukakan bahwa berpikir itu adalah merupakan aktifitas psikis yang
intentional, berpikir tentang sesuatu. Di dalam pemecahan tersebut, orang
menghubungkan satu hal dengan hal yang lain hingga dapat mendapatkan pemecahan
masalah. Sapai saat ini belum diketahui
mekanisme saraf pikiran dan kita hanya mengetahui sedikit tentang
mekanisme ingatan. Kita tau bahwa kerusakan sebagian besar korteks serebrin
(melibatkan penglihatan) tidak mencegah seseorang untuk mempunyai pikiran,
namun akan menurunkan kedalaman pikiran dan juga derajat kesadaran terhadap
keadaan sekelilingnya. Setiap pikiran hamper selalu melibatkan sinyal-sinyal
yang menjalar secara bersama secara bersamaan didalam sebagian besar korteks
serebri, thalamus, sistem limbik, dan formasio retikularis batang otak.
Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006: 118) ada enam
pola berpikir, yaitu :
1.
Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu dan tempat
tertentu.
2.
Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidak terhinggaan, sebab dapat
dibesarkan atau disempurnakan
keluasannya.
3.
Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir mengenai klasifikasi atau pengaturan
menurut kelas-kelas tingkat tertentu.
4.
Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas
dasar kemiripannya.
5.
Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang
lebih kompleks disertai pembuktian-pembuktian.
6.
Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir yang terjadi secara lebih cepat, lebih
dangkal, dan seringkali tidak logis.
Berfikir merupakan Rahmat dari Alloh SWT, ketika seseorang
berpikir maka bertambahlah kekuatan orang tersebut. Segala bentuk karya,
kreatifitas merupakan hasil dari berpikir, pikiran tak dapat berjalan sendiri
tanpa adanya dukungan panca indra seperti mata, telinga, dan hidung, karena
informasi akan didapat oleh indra sebelum diproses otak menjadi sebuah pikiran. Maka tak heran jika ada pepatah
mengatakan bahwa “pikiran yang sehat terdapat pada jiwa yang kuat”. Karena
pikiran merupakan suuatu yang tak berwujud (bathiniyah) dan indra yang menjadi
penangkap informasi yang kemudian diproses oleh otak merupakan suatu yang
berwujud (lahiriyah).
GANGGUAN ISI
PIKIRAN DAN PROSES BERPIKIR
Menurut (Kaplan
2010), proses berfikir yang normal mengandung arus ide, simbol dan asosiasi
yang terarah kepada tujuan. Proses berpikir dibangkitkan oleh suatu masalah
atau tugas dan berpikir berarti menghantarkan suatu penyelesaian yang
berorientasi kepada kenyataan. Proses berpikir pada manusia meliputi
proses pertimbangan, pemahaman, ingatan,
serta penalaran. Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi proses berfikir
manusia, misalnya faktor somatik
(gangguan otak, kelelahan), faktor psikologik (gangguan emosi, psikosa), dan
faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial
yang lain). Distorsi pada proses berfikir dapat disebabkan karena gangguan
organik maupun gangguan psikologik terkait gangguan kecemasan, gangguan
panik, gangguan depresi maupun kondisi psikotik.
1.
Gangguan spesifik pada bentuk pikiran, diantaranya:
a. Sirkumstansialitas
merupakan Bicara yang tidak langsung dan lambat dalam mencapai tujuan. Pada
akhirnya, tujuan
pembicaraan akan tercapai, tetapi ditambah dengan perincian-perincian yang
berbelit- belit dan mendetail.
b. Tangensialitas
merupakan Ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh
tujuan.Pembicaraan berputar- putar dan tidak pernah mencapai tujuan yang
diinginkan.
c. Inkoherensi
Merupakan pembicaraan yang tidak logis di mana kata- kata yang diucapkan tidak
dapat dimengerti. Pikiran sangat cepat sehingga kata-kata yang diucapkan tidak
mempunyai hubungan atau tanpa tata bahasa yang menyebabkan disorganisasi.
d. Ekolalia
merupakan Pengulangan kata-kata atau frasa orang lain secara psikopatologis.
Cenderungberulang
dan menetap, dapat diucapkan dengan nada mengejek dan terputus- putus.
2. Gangguan
spesifik pada isi pikiran, diantaranya:
a. Kemiskinan isi pikiran, Pikiran yang memberikan sedikit informasi karena
tidak ada pengertian, pengulangan kosong
atau frasa yang tidak jelas.
b. Gagasan yang
berlebihan Keyakinan palsu yang
dipertahankan, yang tidak beralasan dan dipertahankan secara kurang kuat bila dibandingkan dengan waham.
c. Waham
,Keyakinan palsu didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal. Apa yang diyakininya
tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultural. Dan ini
tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan.
INKOHERENSI
Inkoherensi Merupakan pembicaraan yang tidak logis di
mana kata- kata yang diucapkan tidak dapat dimengerti. Pikiran sangat cepat
sehingga kata- kata yang diucapkan tidak mempunyai hubungan atau tanpa tata
bahasa yang menyebabkan disorganisasi. Komunikasi terbatas,
paling banyak di ucapkan sesekali sehingga memungkinkan melanjutkan komunikasi
dan respon dalam komunikasi tidak bisa dipahami karena ketidak sesuaian antara
kata dalam kalimat yang diucapkan dalam arus komunikasi. Jalan pikiran yang kacau, tidak
dapat dimengerti apa maksudnya, hal ini dapat dilihat dari kata-kata yang
diucapkan tidak ada hubungannya satu dengan yang lain.
Inkoherensi juga merupakan gejala
awal skizofernia, menurut Eugen Bleuler (Maramis, 1998 :
217) Skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya
keretakan atau disharmoni antara proses pikir, perasaan dan perbuatan. Skizofrenia Hebefrenik adalah permulaannya perlahan-lahan atau
subakut, sering timbul pada masa remaja (antara 15-25 tahun), gejala yang
dominan adalah ganguan proses pikir, gangguan kemauan, adanya defersonalisasi,
gangguan psikomotor, neologisme, atau perilaku kekanak-kanakan, waham dan
halusinasi.
PENYEBAB INKOHERENSI
Inkoherensi merupakan gangguan
spesifik pada bentuk pikiran, dimana seseorang tidak bias menganalisis secara
logis dan kata-kata yang diucapkan tidak bias dimengerti atau tidak mempunyai
hubungan/tata bahasa. Menyebabkan orang yang diajak bicara kesulitan menangkap
pembicaraan dan mengakibatkan diskomunikasi.
Orang yang mengalami inkoherensi
secara fisik tidak mengalami gangguan, penderita inkoherensi masih bisa
menerima informasi melalui visual maupun auditorial, sebagian besar masyarakat
mengira bahwa inkoherensi adalah seseorang yang mengalami gangguan jiwa atau
keterbelakangan mental dimana penderita tidak bisa diajak
berkomunikasi/berbahasa dengan baik. Dimana intelegensi (kecerdasan) seseoran
dapat dilihat dengan bagaimana seseorang tersebut berkomunikasi atau berbahasa.
Sebagian besar pengalaman sensorik kita diubah menjadi bahasa yang sesuai
sebelum disimpan di area ingatan otak dan sebelum diolah untuk tujuan
pembentukan intelektual lainya.
Faktor Penyebab gangguan berpikir
diantaranya:
1.
Faktor genetika (Individu yang
memiliki anggota keluarga
yang mengalami Gangguan syaraf memiliki kecenderungan lebih
tinggi dibanding dengan orang yang tidak memiliki faktor herediter)
2.
Traumatik (indiyidu yang
trauma berkepanjangan, dan tidak segera ditangani)
3.
Cacat Kongenital (cacat
prenatal,cedera,dan lain sebagainya)
4.
Neurobiological (Kerusakan pada jaringan syaraf)
5.
Neurobehavioral (Kerusakan
pada bagian-bagian otak tertentu)
Penyebab inkoherensi sangat
berkaitan dengan neurobehavioral, dimana area wernicke yang terletak dibelakang
korteks auditorik pada bagian posterior girus temporalis di lobus temporalis
dan area broca yang terletak di gyrus frontalis superior pada lobus
frontalis korteks
otak besar. Area broca terletak
berdampingan dengan area wernicke. Area wernicke merupakan area
pemahaman bahasa sedangkan area broca berperan pada proses bahasa, serta kemampuan dan
pemahaman berbicara. Ada dua bagian
utama pada area Broca, yang memiliki peran masing-masing dalam kemampuan
pembentukan dan pemahaman bahasa:
1.
Pars triangularis (anterior), diperkirakan difungsikan
untuk menginterpretasikan berbagai macam rangsang dan pengolahan konduksi
verbal.
- Pars opercularis (posterior), diperkirakan untuk menyokong manajemen satu jenis rangsang saja dan mengkoordinasikan organ wicara dan area motorik dalam berbahasa.
Bila area wernicke mengalami keusakan
yang sangat parah, orang tersebut mungkin masih dapat mendengar dengan sempurna
dan bahkan masih dapat mengenali kata-kata namun tetap tidak mampu menyusun
kata-kata ini menjadi suatu pikiran yang logis, dan bila area broca mengalami
kerusakan menjadikan seseorang tidak mampu membentuk kalimat kompleks dengan
tata bahasa yang benar.
Dapat dikatakan
bahwa inkoheransi merupakan gangguan/kerusakan pada otak yaitu area wernicke
dan area broca, yang disebabkan karena cedera, cacat prenatal, kekurangan gizi
pada waktu prenatal, dan faktor genetika. Dan gangguan saraf-saraf sinaptik
yang menjadi penghubung antara area wermicke
dengan area broka sehingga informasi yang didapat melalui indra
pendengaran dan penglihatan yang dikirim ke area wernicke untuk diolah menjadi
sebuah kalimat tidak dikirimkan ke area broka untuk pembentukan kalimat yang
kompleks dan tata bahasa yang benar. Yang mengakibatkan terjadi diskomunikasi,
karena karena bahasa yang tidak logis di
mana kata- kata yang diucapkan tidak dapat dimengerti.
PENYEMBUHAN INKOHERENSI
Inkoheransi merupakan gangguan/kerusakan pada bagian otak dan syaraf sinaptik, yaitu area
wernicke dan area broka dan syaraf pengubung antara area wernicke dan area
broka. Dimana area wernicke merupakan area pemahaman bahasa dan area broca berperan pada
proses bahasa, serta kemampuan dan pemahaman berbicara. Ada berbagai cara dalam upayah
penyembuhan inkoherensi, diantaranya yaitu:
1. Terapi ketrampilan/kesenian, semisal
musik dan menyanyi secara berkala dan diulang-ulang sedikit banyak membantu
penderita mengingat lirik dan lagu yang mendorong penderita untuk bernyanyi dan
melatih pengkondisian bahasa mereka. Dimana inkoherensi merupakan gangguan
ketidak mampuan seseorang berbahasa logis atau jalan pikiran yang kacau
2. Terapi spiritual, terapi ini bias
digunakan pada penderita yang dissebabkan oleh traumatik, karena kondisi yang
amat tertekan dan secara fisiologis tidak mengalami gangguan.
3. Penggunaan obat anti psikosis,
misalnya: clozapine, risperidone, olanzepine, iloperidol, diyakini mampu
memberikan kualitas kesembuhan yang lebih baik, obat ini bisa menetralisir gejala-gejala akut
schizophrenia seperti tingkah laku kacau, gaduh gelisah, waham, halusinasi
pendengaran, inkoherensi, maupun menghilangkan gejala-gejala negatif (kronik)
seperti autistik (pikiran penuh fantasi dan tak terarah), perasaan tumpul, dan
gangguan dorongan kehendak. (Wicaksana, 2000).
SIMPULAN
1. Berpikir merupakan suatu proses
untuk memanipulasi data, fakta, dan informasi untuk membuat keputusan
berperilaku. Jangkauan pikiran dimulai dengan sebuah lamunan biasa, lalu
dilanjutkan dengan pemecahan masalah yang kreatif.
2. Berpikir melibatkan informasi yang
diperoleh melelui panca indra dan diproses oleh otak dalam bentuk konsep-konsep
yang akan dikirimkan oleh neuron-neuron dalam bentuk percikan listrik ke
wearnicke untuk disusun dalam bentuk kata-kata dan dikelola atau dikeluarkan
secara verbal oleh broka.
3. Gangguan pada proses berfikir dapat disebabkan karena gangguan organik maupun
gangguan psikologik terkait gangguan kecemasan, gangguan panik, gangguan
depresi maupun kondisi psikotik.
4. Inkoherensi
Merupakan pembicaraan yang tidak logis di mana kata- kata yang diucapkan tidak
dapat dimengerti. Pikiran sangat cepat sehingga kata- kata yang diucapkan tidak
mempunyai hubungan atau tanpa tata bahasa yang menyebabkan disorganisasi. Yang
diakibatkan oleh gangguan/kerusakan pada otak yaitu area wernicke dan area
broca, yang disebabkan karena cedera, cacat prenatal, kekurangan gizi pada
waktu prenatal, dan faktor genetika.
5. Ada berbagai cara dalam upayah
penyembuhan inkoherensi, diantaranya yaitu: terapi ketrampilan/kesenian, terapi
spiritual, dan penggunaan obat anti psikosis.