Sabtu, 25 Januari 2014

GANGGUAN BERFIKIR (INKOHERENSI)


GANGGUAN BERFIKIR (INKOHERENSI)



BERFIKIR

Berfikir mrupakan pondasi kehidupan, semua makhluk hidup tidak lepas dari berfikir. Rasulullah bersabda “ Berpikir sesaat lebih baik dari pada beribadah satu malam”. Anjuran untuk berpikir, merenung memperhatikan, dan mengambil pelajaran adalah hal yang sudah tidak asing lagi dalam al-qur’an dan hadits. Karena hal itu menjadi kunci cahaya dan dasar bagi kunci pencerahan. Keistimewaan berpikir telah diungkapkan firman Allah “ Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi” QS. Ali imran:191.
Berpikir adalah suatu proses untuk memanipulasi data, fakta, dan informasi untuk membuat keputusan berperilaku. Jangkauan pikiran dimulai dengan sebuah lamunan biasa, lalu dilanjutkan dengan pemecahan masalah yang kreatif. Aktivitas mental dalam perasaan dan pemahaman bergantung pada perangsangan dari luar dalam proses yang disebut dengan sensasi dan atensi.
Proses mental yang lebih tinggi disebut berpikir terjadi di dalam otak. Mengingat kembali mengundang pengalaman terdahulu ke dalam alam pikiran dan mulai membentuk sebuah rantai asosiasi. Rantai asosiasi ini tidak merujuk pada apa yang secara nyata dapat dilihat sebagai khayalan-khayalan mental. Tujuan berpikir adalah memecahkan permasalahan tersebut. Karena itu, sering dikemukakan bahwa berpikir itu adalah merupakan aktifitas psikis yang intentional, berpikir tentang sesuatu. Di dalam pemecahan tersebut, orang menghubungkan satu hal dengan hal yang lain hingga dapat mendapatkan pemecahan masalah. Sapai saat ini belum diketahui  mekanisme saraf pikiran dan kita hanya mengetahui sedikit tentang mekanisme ingatan. Kita tau bahwa kerusakan sebagian besar korteks serebrin (melibatkan penglihatan) tidak mencegah seseorang untuk mempunyai pikiran, namun akan menurunkan kedalaman pikiran dan juga derajat kesadaran terhadap keadaan sekelilingnya. Setiap pikiran hamper selalu melibatkan sinyal-sinyal yang menjalar secara bersama secara bersamaan didalam sebagian besar korteks serebri, thalamus, sistem limbik, dan formasio retikularis batang otak.
Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006: 118) ada enam pola berpikir, yaitu :
1. Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu dan tempat tertentu.
2. Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidak terhinggaan, sebab dapat dibesarkan atau   disempurnakan keluasannya.
3. Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir mengenai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.
4. Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar kemiripannya.
5. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih kompleks disertai pembuktian-pembuktian.
6. Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal, dan seringkali tidak logis.
Berfikir merupakan Rahmat dari Alloh SWT, ketika seseorang berpikir maka bertambahlah kekuatan orang tersebut. Segala bentuk karya, kreatifitas merupakan hasil dari berpikir, pikiran tak dapat berjalan sendiri tanpa adanya dukungan panca indra seperti mata, telinga, dan hidung, karena informasi akan didapat oleh indra sebelum diproses otak  menjadi sebuah  pikiran. Maka tak heran jika ada pepatah mengatakan bahwa “pikiran yang sehat terdapat pada jiwa yang kuat”. Karena pikiran merupakan suuatu yang tak berwujud (bathiniyah) dan indra yang menjadi penangkap informasi yang kemudian diproses oleh otak merupakan suatu yang berwujud (lahiriyah).

GANGGUAN ISI PIKIRAN DAN PROSES BERPIKIR
Menurut (Kaplan 2010), proses berfikir yang normal mengandung arus ide, simbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan. Proses berpikir dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan berpikir berarti menghantarkan suatu penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan. Proses berpikir pada manusia meliputi proses  pertimbangan, pemahaman, ingatan, serta penalaran. Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi proses berfikir manusia, misalnya faktor somatik (gangguan otak, kelelahan), faktor psikologik (gangguan emosi, psikosa), dan faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain). Distorsi pada proses berfikir dapat disebabkan karena gangguan organik maupun gangguan psikologik terkait gangguan kecemasan, gangguan panik, gangguan depresi maupun kondisi psikotik.
1.    Gangguan spesifik pada bentuk pikiran, diantaranya:
a. Sirkumstansialitas merupakan Bicara yang tidak langsung dan lambat dalam mencapai tujuan. Pada akhirnya, tujuan pembicaraan akan tercapai, tetapi ditambah dengan perincian-perincian yang berbelit- belit dan mendetail.
b. Tangensialitas merupakan Ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh tujuan.Pembicaraan berputar- putar dan tidak pernah mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Inkoherensi Merupakan pembicaraan yang tidak logis di mana kata- kata yang diucapkan tidak dapat dimengerti. Pikiran sangat cepat sehingga kata-kata yang diucapkan tidak mempunyai hubungan atau tanpa tata bahasa yang menyebabkan disorganisasi.
d. Ekolalia merupakan Pengulangan kata-kata atau frasa orang lain secara psikopatologis. Cenderungberulang dan menetap, dapat diucapkan dengan nada mengejek dan terputus- putus.
2.    Gangguan spesifik pada isi pikiran, diantaranya:
a.  Kemiskinan isi pikiran, Pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada pengertian, pengulangan kosong  atau frasa yang tidak jelas.
b.  Gagasan yang berlebihan Keyakinan palsu  yang dipertahankan, yang tidak beralasan dan dipertahankan secara kurang  kuat bila dibandingkan dengan waham.
c.   Waham ,Keyakinan palsu didasarkan pada kesimpulan yang  salah tentang kenyataan eksternal. Apa yang diyakininya tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultural. Dan ini tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan.

INKOHERENSI
Inkoherensi Merupakan pembicaraan yang tidak logis di mana kata- kata yang diucapkan tidak dapat dimengerti. Pikiran sangat cepat sehingga kata- kata yang diucapkan tidak mempunyai hubungan atau tanpa tata bahasa yang menyebabkan disorganisasi. Komunikasi terbatas, paling banyak di ucapkan sesekali sehingga memungkinkan melanjutkan komunikasi dan respon dalam komunikasi tidak bisa dipahami karena ketidak sesuaian antara kata dalam kalimat yang diucapkan dalam arus komunikasi. Jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya, hal ini dapat dilihat dari kata-kata yang diucapkan tidak ada hubungannya satu dengan yang lain.
Inkoherensi juga merupakan gejala awal skizofernia, menurut Eugen Bleuler (Maramis, 1998 : 217) Skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses pikir, perasaan dan perbuatan. Skizofrenia Hebefrenik adalah permulaannya perlahan-lahan atau subakut, sering timbul pada masa remaja (antara 15-25 tahun), gejala yang dominan adalah ganguan proses pikir, gangguan kemauan, adanya defersonalisasi, gangguan psikomotor, neologisme, atau perilaku kekanak-kanakan, waham dan halusinasi.

PENYEBAB INKOHERENSI
Inkoherensi merupakan gangguan spesifik pada bentuk pikiran, dimana seseorang tidak bias menganalisis secara logis dan kata-kata yang diucapkan tidak bias dimengerti atau tidak mempunyai hubungan/tata bahasa. Menyebabkan orang yang diajak bicara kesulitan menangkap pembicaraan dan mengakibatkan diskomunikasi.
Orang yang mengalami inkoherensi secara fisik tidak mengalami gangguan, penderita inkoherensi masih bisa menerima informasi melalui visual maupun auditorial, sebagian besar masyarakat mengira bahwa inkoherensi adalah seseorang yang mengalami gangguan jiwa atau keterbelakangan mental dimana penderita tidak bisa diajak berkomunikasi/berbahasa dengan baik. Dimana intelegensi (kecerdasan) seseoran dapat dilihat dengan bagaimana seseorang tersebut berkomunikasi atau berbahasa. Sebagian besar pengalaman sensorik kita diubah menjadi bahasa yang sesuai sebelum disimpan di area ingatan otak dan sebelum diolah untuk tujuan pembentukan intelektual lainya.
Faktor Penyebab gangguan berpikir diantaranya:
1.       Faktor genetika (Individu  yang  memiliki  anggota  keluarga  yang  mengalami  Gangguan syaraf memiliki kecenderungan lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak memiliki faktor herediter)
2.      Traumatik (indiyidu yang trauma berkepanjangan, dan tidak segera ditangani)
3.      Cacat Kongenital (cacat prenatal,cedera,dan lain sebagainya)
4.      Neurobiological (Kerusakan pada jaringan syaraf)
5.      Neurobehavioral (Kerusakan pada bagian-bagian otak  tertentu)

Penyebab inkoherensi sangat berkaitan dengan neurobehavioral, dimana area wernicke yang terletak dibelakang korteks auditorik pada bagian posterior girus temporalis di lobus temporalis dan area broca yang terletak di gyrus frontalis superior pada lobus frontalis korteks otak besar. Area broca terletak berdampingan dengan area wernicke. Area wernicke merupakan area pemahaman bahasa sedangkan area broca berperan pada proses bahasa, serta kemampuan dan pemahaman berbicara. Ada dua bagian utama pada area Broca, yang memiliki peran masing-masing dalam kemampuan pembentukan dan pemahaman bahasa:
1.       Pars triangularis (anterior), diperkirakan difungsikan untuk menginterpretasikan berbagai macam rangsang dan pengolahan konduksi verbal.
  1. Pars opercularis (posterior), diperkirakan untuk menyokong manajemen satu jenis rangsang saja dan mengkoordinasikan organ wicara dan area motorik dalam berbahasa.
Bila area wernicke mengalami keusakan yang sangat parah, orang tersebut mungkin masih dapat mendengar dengan sempurna dan bahkan masih dapat mengenali kata-kata namun tetap tidak mampu menyusun kata-kata ini menjadi suatu pikiran yang logis, dan bila area broca mengalami kerusakan menjadikan seseorang tidak mampu membentuk kalimat kompleks dengan tata bahasa yang benar.
Dapat dikatakan bahwa inkoheransi merupakan gangguan/kerusakan pada otak yaitu area wernicke dan area broca, yang disebabkan karena cedera, cacat prenatal, kekurangan gizi pada waktu prenatal, dan faktor genetika. Dan gangguan saraf-saraf sinaptik yang menjadi penghubung antara area wermicke  dengan area broka sehingga informasi yang didapat melalui indra pendengaran dan penglihatan yang dikirim ke area wernicke untuk diolah menjadi sebuah kalimat tidak dikirimkan ke area broka untuk pembentukan kalimat yang kompleks dan tata bahasa yang benar. Yang mengakibatkan terjadi diskomunikasi, karena karena bahasa yang tidak logis di mana kata- kata yang diucapkan tidak dapat dimengerti.

PENYEMBUHAN INKOHERENSI
Inkoheransi merupakan gangguan/kerusakan pada bagian otak dan syaraf sinaptik, yaitu area wernicke dan area broka dan syaraf pengubung antara area wernicke dan area broka. Dimana area wernicke merupakan area pemahaman bahasa dan area broca berperan pada proses bahasa, serta kemampuan dan pemahaman berbicara. Ada berbagai cara dalam upayah penyembuhan inkoherensi, diantaranya yaitu:
1.    Terapi ketrampilan/kesenian, semisal musik dan menyanyi secara berkala dan diulang-ulang sedikit banyak membantu penderita mengingat lirik dan lagu yang mendorong penderita untuk bernyanyi dan melatih pengkondisian bahasa mereka. Dimana inkoherensi merupakan gangguan ketidak mampuan seseorang berbahasa logis atau jalan pikiran yang kacau
2.    Terapi spiritual, terapi ini bias digunakan pada penderita yang dissebabkan oleh traumatik, karena kondisi yang amat tertekan dan secara fisiologis tidak mengalami gangguan.
3.    Penggunaan obat anti psikosis, misalnya: clozapine, risperidone, olanzepine, iloperidol, diyakini mampu memberikan kualitas kesembuhan yang lebih baik, obat  ini bisa menetralisir gejala-gejala akut schizophrenia seperti tingkah laku kacau, gaduh gelisah, waham, halusinasi pendengaran, inkoherensi, maupun menghilangkan gejala-gejala negatif (kronik) seperti autistik (pikiran penuh fantasi dan tak terarah), perasaan tumpul, dan gangguan dorongan kehendak. (Wicaksana, 2000).
 
SIMPULAN
1.    Berpikir merupakan suatu proses untuk memanipulasi data, fakta, dan informasi untuk membuat keputusan berperilaku. Jangkauan pikiran dimulai dengan sebuah lamunan biasa, lalu dilanjutkan dengan pemecahan masalah yang kreatif.
2.    Berpikir melibatkan informasi yang diperoleh melelui panca indra dan diproses oleh otak dalam bentuk konsep-konsep yang akan dikirimkan oleh neuron-neuron dalam bentuk percikan listrik ke wearnicke untuk disusun dalam bentuk kata-kata dan dikelola atau dikeluarkan secara verbal oleh broka.
3.    Gangguan pada proses berfikir dapat disebabkan karena gangguan organik maupun gangguan psikologik terkait gangguan kecemasan, gangguan panik, gangguan depresi maupun kondisi psikotik.
4.    Inkoherensi Merupakan pembicaraan yang tidak logis di mana kata- kata yang diucapkan tidak dapat dimengerti. Pikiran sangat cepat sehingga kata- kata yang diucapkan tidak mempunyai hubungan atau tanpa tata bahasa yang menyebabkan disorganisasi. Yang diakibatkan oleh gangguan/kerusakan pada otak yaitu area wernicke dan area broca, yang disebabkan karena cedera, cacat prenatal, kekurangan gizi pada waktu prenatal, dan faktor genetika.
5.    Ada berbagai cara dalam upayah penyembuhan inkoherensi, diantaranya yaitu: terapi ketrampilan/kesenian, terapi spiritual, dan penggunaan obat anti psikosis.

KUMPULAN BAHASAN

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | ewa network review